JAKARTA, linkpapua.com – Anjungan Provinsi Papua Barat di Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII) Jakarta didorong menjadi laboratorium pemeliharaan budaya asli Papua. Budaya Papua disebut mulai banyak tergerus oleh kemajuan zaman.
Penjabat Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw mendukung gagasan itu. Menurutnya, Anjungan Papua Barat adalah simbol budaya yang harus bisa dilestarikan.
“Sehingga budaya Papua tetap lestari terus oleh anak-anak asli Papua di Papua Barat. Tidak terpengaruh dengan budaya luar tetapi dapat mengombinasikan supaya menjadi budaya Nusantara,” ujar Waterpauw saat meresmikan Anjungan Papua Barat di TMII Jakarta, Jumat (26/11/2022).
Dikatakan Waterpauw, meski luas lahan anjungan daerah Papua Barat yang hanya 200 meter persegi, Pemerintah Papua Barat akan membangun panggung seni dan budaya. Agar bisa memberikan kesempatan kepada masyarakat asli Papua yang punya potensi di bidang ini untuk mengekpresikannya.
“Kita akan bangun panggung untuk menampilkan semua potensi-potensi anak muda kita, anak-anak milenial kita lewat budaya dan seni,” ucap Waterpauw.
Pengembangan seni dan budaya ini dibuat dalam bentuk lomba-lomba antarkabupaten/kota di daerah, kemudian yang meraih juara satu akan ditampilkan di panggung anjungan daerah TMII Papua Barat.
Selain itu agenda-agenda kenegaraan seperti HUT Kemerdekaan, Hari Otonomi Khusus atau hari besar lainnya dapat dipentaskan budaya Papua. Bisa juga dikolaborasi dengan daerah nusantara lainnya.
Sementara itu mantan Ketua MRPB Maksi Nelson Ahoren mengatakan, di anjungan daerah ini harus ditampilkan budaya dan bahasa dari kabupaten/ kota masing-masing. Sehingga dapat mengedukasi generasi muda Papua agar mereka lestarikan terus.
“Rumah adat dari kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua Barat harus dibangun di halaman anjungan daerah ini supaya anak-anak muda Papua datang dan belajar tentang budaya di anjungan sini,” ujar Maksi Ahoren.
Hal senada juga disampaikan anggota DPD RI Dapil Papua Barat Filep Wamafma. Filep sepakat bahwa budaya Papua harus dilestarikan.
“Sederhana saja, anak-anak muda saat ini sudah lupa dengan bahasa daerahnya, karena itu anjungan daerah didorong menjadi laboratorium budaya termasuk bahasa supaya tidak punah,” pesan Wamafma. (*/Red)