MANOKWARI, linkpapua.com – Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat Otto Parorongan mengatakan, tahun 2021 angka malaria di Papua Barat mencapai 7.628 kasus. Dari angka tersebut 4000 di antaranya tercatat di Manokwari.
“Perlu peran serta semua pihak dalam meminimalisir kasus malaria. Di sejumlah daerah seperti Sorong Selatan, Maybrat dan Pegunungan Arfak angka kasus malaria kurang dari 10 kasus,” jelas Otto.
Menurutnya, malaria memiliki efek jangka panjang pada pembangunan kualitas manusia. Malaria terbukti menjadi salah satu faktor penyebab stunting.
Karena itu kata Otto, penanganannya harus beriringan. Masyarakat jika sakit juga harus melakukan pengobatan secara tuntas.
“Papua Barat berupaya melakukan eliminasi malaria ditahun 2027 mendatang,” ucapnya.
Sementara itu, Bupati Manokwari Hermus Indou berkomitmen mempercepat eliminasi malaria di tahun 2027. Sebagai daerah dengan angka malaria tertinggi di Papua Barat, Manokwari memberi perhatian serius.
Bupati Manokwari Hermus Indou mengungkapkan komitmennya dalam eliminasi malaria di tahun 2027 dengan berbagai upaya. Salah satunya dengan membentuk Gerakan Percepatan Eliminasi Malaria (Gemari).
“Kita terus berupaya untuk menurunkan kasus malaria di Manokwari. Seluruh pihak dapat saling berkolaborasi untuk dapat mencapai target eliminasi tersebut. Dengan dibentuknya Gemari maka penanganan malaria di Manokwari dapat lebih baik lagi karena Gemari merupakan kolaborasi lintas sektor untuk pengendalian malaria. Dengan tingginya angka malaria di Manokwari disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk di dalamnya perilaku masyarakat,” ujar Hermus pada peringatan Hari Malaria Sedunia (HMS) pada Senin(25/4/2022).
Dikatakan oleh bupati, pihaknya akan memperbaiki layanan kesehatan untuk eliminasi malaria. Bupati mengatakan pemda telah mengeluarkan regulasi untuk percepatan eliminasi malaria di Manokwari.(LP3/Red)