26.9 C
Manokwari
Jumat, April 26, 2024
26.9 C
Manokwari
More

    Kisah Runa Maidepa, Ahli Geologi Putra Papua: Berkarya dari Freeport ke Trinidad Tobago

    Published on

    JAKARTA, linkpapua.com- Usom Nathaniel Anthonius Maidepa atau akrab disapa Runa Maidepa mungkin bisa disebut sebagai salah satu ahli geologi terbaik asal Papua. Dari Freeport, lalu ke Bintuni, kini ia menembus Trinidad Tobago.

    Runa menceritakan kisahnya. Setelah kerja praktik selama tiga bulan di PT. Freeport Indonesia untuk skripsinya dalam bidang geologi, ia berpikir bahwa setelah lulus dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta pada tahun 2001, ia akan berkarier di perusahaan pertambangan tersebut.

    “Superintendent di sana benar-benar ingin saya bergabung dengan mereka, karena saat itu tidak ada ahli geologi Papua (di Freeport),” kata pria berusia 50 tahun itu dalam sebuah wawancara baru- baru ini.

    Namun itu semua berubah setelah seorang adik kelas di universitas, yang juga karyawan bp, meneleponnya dan menceritakan tentang adanya kesempatan di sebuah perusahaan minyak dan gas yang akan mendirikan kegiatan operasi di kampung halaman ayahnya – Teluk Bintuni. Keputusan yang diambil Runa dari sebuah panggilan telepon tersebutlah yang kemudian juga akan membawanya bekerja di Trinidad dan Tobago, sebuah negara kepulauan kecil di laut Karibia.

    “Ayah saya berasal dari Distrik Idoor di Teluk Bintuni, dan banyak paman dan sepupu saya yang masih tinggal di Babo. Jadi saya merasa mereka pasti akan bangga jika saya bekerja di Teluk Bintuni,” katanya.

    Pada awal tahun 2000, bp secara aktif merekrut penduduk asli Papua untuk dilatih sebagai operator bagi kilang Tangguh LNG yang sedang dikembangkan saat itu. Pada tahun 2002 Runa adalah satu dari delapan orang Papua di Batch 3 yang dilatih secara intensif sebagai operator trainee dalam Papuan Development Trainee Programme.

    Baca juga:  Puluhan Jurnalis Dari Dua Provinsi di Tanah Papua ikuti Media Gathering SKK Migas

    Dalam pelatihan selama dua setengah tahun tersebut Runa dan rekan-rekannya digembleng bekerja untuk kegiatan operasional di fasilitas bp di Laut Jawa, dimana ia bekerja di Bravo Central Station (BCS).

    “Setelah itu saya ditawari posisi sebagai ahli geologi di tim Eksplorasi – saya hanya bertahan kurang dari dua bulan sebelum saya meminta untuk kembali ke operations,” kata Runa seraya tertawa. Rupanya setelah bekerja di BCS, ia merasa pekerjaan di operations jauh lebih menarik.
    16 Mei 2023

    Segera setelah Tangguh LNG mendapatkan keputusan investasi akhir pada tahun 2004, Runa dan para trainee lainnya dikirim untuk belajar menjadi operator kilang LNG di PT. Badak NGL yang berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur, dimana mereka tinggal selama dua setengah tahun.

    Pada tahun 2006 saat konstruksi Tangguh sudah jauh lebih maju, Runa, sebagai bagian dari tim Gas Production Facility (GPF), dikirim ke Tangguh untuk membantu mempersiapkan kedatangan anjungan VRB yang baru dibangun dari Cilegon di Jawa Barat.

    “Pengalaman saya yang paling berkesan adalah saat pertama kalinya saya mengalirkan gas dari sumur VRB-01. Sejak saya bekerja di Offshore North West Java saya mengimpikan saat ketika Tangguh memiliki fasilitas lepas pantai dan saya menjadi orang pertama yang mengoperasikan sumurnya,” kata Runa.

    Baca juga:  Proyek Tangguh Train 3 Masuki Fase Penyelesaian, Demobilisasi Pekerja Segera Dilakukan

    Tangguh mulai beroperasi pada tahun 2009, dan sejak saat itu, Runa berperan dari seorang teknisi lapangan, operator ruang kontrol, pengawas sumur, hingga berperan ganda sebagai manajer instalasi lepas pantai dan pemimpin tim pasokan gas yang bertanggung jawab atas anjungan dan fasilitas penerima di darat.

    Runa menjadi tertarik dengan posisi di bp Trinidad dan Tobago (BPTT) saat Tangguh area operations manager saat itu, yang juga mentor Runa, menyebutkan kemungkinan adanya kesempatan tersebut kepadanya.

    Sebelumnya Runa memang telah mencantumkan minatnya akan penugasan internasional di dalam rencana pengembangan diri. Dengan adanya proyek pengembangan Tangguh, maka ini dirasa saat yang tepat untuk mengambil kesempatan tersebut.

    Runa memulai tugasnya di BPTT pada bulan Juli 2016 sebagai operations team leader yang memimpin tim di berbagai anjungan, dengan anggota multinasional yang berjumlah mulai dari delapan hingga 10 orang, tidak termasuk kontraktor. Sebagian waktunya juga dihabiskan bekerja di kantor BPTT di Queen’s Park, Port of Spain.

    “Hal yang paling sulit adalah bahasa. Orang disana berbahasa Inggris, tapi dengan aksen yang sangat kental yang biasa disebut ‘Trini-English’. Mereka juga sering memperpendek kata, sama seperti yang dilakukan orang Papua, sehingga membuat orang luar lebih sulit untuk mengerti,” katanya.

    “Saya sering bercanda, mengatakan kepada mereka ‘you’re not using the proper English man’”. Dia tidak merasakan kesulitan lain karena orang Trinidad dan Tobago juga makan nasi.
    Tugas Runa di BPTT berlangsung hingga tahun 2018, dengan rotasi kerja setiap empat minggu.

    Baca juga:  Lewat PONED, LNG Tangguh Dukung Kesehatan Ibu dan Bayi di Fakfak

    “Saya suka bila ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, waktu sepertinya terbang dan tiba-tiba sudah waktunya pulang. Jika banyak waktu luang, saya merasa berat karena waktu akan terasa lambat,” katanya.

    Runa kini telah kembali bekerja di Tangguh LNG menjabat sebagai project operations site manager.

    “Hidup saya penuh berkah, saya diberkati dengan keluarga saya, dan diberkati untuk bertemu dengan orang-orang yang semuanya berperan dalam hidup saya, dari sejak saya muda hingga sekarang. Anda selalu bisa belajar dari orang yang Anda temui,” kata Runa.

    Bagi generasi muda Papua, ia mengatakan bahwa tidak ada cara lain untuk maju dalam hidup selain dengan belajar dan belajar.

    “Tidak ada jalan lain. Bahkan sekarang, dalam pekerjaan, kita masih ada pelatihan, selalu ada sesuatu yang baru untuk dipelajari.” ucapnya.

    Dan terutama bagi mereka yang ingin bergabung dengan industri minyak dan gas, Runa berpesan.

    “Ini adalah industri berisiko tinggi, membutuhkan orang-orang yang berkomitmen dan memiliki keterampilan tinggi. bp memiliki standar yang tinggi dan bagaimana cara memenuhi standar itu adalah untuk memulainya dengan belajar secara tekun,” katanya.

    “Jika Anda mendapat kesempatan, jangan disia-siakan – karena itu adalah kesempatan emas, tidak aka datang dua kali. Jadi jika sejak awal Anda tidak yakin, lebih baik tidak mengambilnya dan beri kesempatan kepada orang lain. Industri ini membutuhkan orang yang mau bekerja keras dan profesional. (*)

    Latest articles

    Gabungan Mahasiswa Sorong Raya Galang Donasi untuk Korban Longsor Toraja

    0
    SORONG, Linkpapua.com - Gabungan mahasiswa se-Sorong Raya melakukan penggalangan donasi untuk korban longsor di Tana Toraja. Aksi kemanusiaan ini berlangsung akhir pekan lalu di...

    More like this

    Melkias Werinussa Ungkap Sederet Rencana Strategis Pemprov PB Jelang Perpindahan IKN

    MANOKWARI, linkpapua.com- Asisten Perekonomian dan Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat Melkias Werinussa membeberkan sederet...

    HUT Wondama ke-21, Bupati Hendrik Boyong Pejabat-ASN Belanja ke Pasar Sentral Iriati

    WASIOR, linkpapua.com- Kabupaten Teluk Wondama merayakan HUT ke-21 dengan berbagai cara. Salah satunya dengan...

    Overstay, Imigrasi Sorong Deportasi Seorang WNA Asal Amerika Serikat

    SORONG, linkpapua.com- Seorang pemuda warga negara Amerika Serikat berisnisial TMM dideportasi oleh Kantor Imigrasi...