MANOKWARI, Linkpapua.com – Dinas Kesehatan Papua Barat menggelar rapat evaluasi membahas pembentukan evaluasi jejaring skrining layak hamil ANC dan stunting di Swiss-belhotel Manokwari, Rabu (9/10/2024). Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Papua Barat Yacob S Fonataba mengatakan stunting masih menjadi problem serius di Papua Barat.
“Stunting adalah kekurangan gizi pada anak yang mengakibatkan pertumbuhannya menjadi terganggu. Stunting awal mulai menginfeksi pada 100 hari pertama bayi dilahirkan sehingga tingkat ketahanan tubuhnya masih sangat rentan,” ujar Yacob Fonataba saat membuka rapat evaluasi.
Yacob Fonataba menjelaskan, akibat dari stunting adalah berat tubuh dan panjang serta tinggi badan di bawah minus. Anak-anak menjadi kerdil dan rentan terserang penyakit.
“Jika seorang anak sudah terkena stunting maka akan berdampak pada terhambatnya tumbuh dan perkembangan anak serta memengaruhi pertumbuhan otak sehingga tingkat kecerdasannya tidak maksimal,” papar Yacob Fonataba.
Akibatnya, berisiko pada penurunan produktivitas saat dewasa. Menghadapi hal ini pemerintah Papua Barat telah membentuk satgas stunting dan kemiskinan ekstrem di bawah koordinator Abdul Latif Suaeri beserta tim.
Dikatakan bahwa telah dibentuk pula koordinator wilayah (korwil) di 7 kabupaten di Papua Barat.
Yacob Fonataba mengatakan bahwa untuk mengatasi stunting dilakukan dengan 2 cara. Yaitu mengatasi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
Pemerintah melakukan pencegahan sedini mungkin yakni sejak anak masih dalam kandungan. Ibu hamil terus diperiksa dan dipastikan kondisi janinnya.
Pendorongnya dengan memberikan kebutuhan gizi dan vitamin yang mencukupi untuk pertumbuhan ibu hamil dan anaknya.
“Selain itu penanganan pada anak yang sudah terkena stunting pemerintah memberikan pengawasan dan perawatan. Dengan memastikan kesehatan dan kebutuhan akan gizi yang mencukupi serta diberikan juga vitamin pendukungnya,” terang Yacob Fonataba.
Lebih lanjut Yacob Fonataba menuturkan bahwa dari rapat evaluasi ini diharapkan para peserta dalam merumuskan dan melaporkan kondisi dan keadaan di daerahnya. Jika ditemukan ibu hamil atau anak stunting bagaimana intervensi dan tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
“Peran bapak/ibu dari 7 kabupaten sangat penting karena bapak/ibu yang lebih mengetahui kondisi daerah dan kebutuhan dari ibu hamil atau anak stunting. Maka dalam rapat ini dirumuskan penanganan yang efektif seperti apa, agar nantinya pemerintah akan melakukan intervensi tepat pada sasaran,” kata Yacob Fonataba.
Kepala dinas kesehatan Papua Barat Alwan Rimosan mengatakan bahwa penanganan kesehatan di Papua Barat adalah program prioritas Kementerian Kesehatan RI. Semua program memprioritaskan pada 3 poin utama yaitu Papua sehat, Papua cerdas dan Papua produktif.
Dirinya juga melaporkan bahwa Dinas Kesehatan Papua Barat terus berupaya, berkolaborasi dengan lintas sektoral guna memastikan kesehatan masyarakat. Menurut Alwam, rapat ini menjadi penting karena akan merumuskan dan mengevaluasi program dan tindakan yang akan dilakukan agar menjadi semakin efektif dan efisien.
“Dinas kesehatan tidak bisa bekerja sendiri, maka bapak/ibu di kabupaten memiliki peran penting karena berhubungan langsung dengan masyarakat. Maka kami minta kerja samanya guna menangani masalah kesehatan di Papua Barat,” ujarnya
Alwam juga melaporkan bahwa kesehatan menjadi penting terlebih lagi dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Olehnya, guna mempersiapkan generasi penerus maka diperlukan kerja sama dan kerja keras untuk mengatasi masalah seperti stunting, kekurangan gizi, masalah ibu hamil polio, TBC dan penyakit lainnya.
“Bagaimana kita bisa menyambut generasi emas 2045 jika anak-anak sekarang sakit. Bagaimana menjadi Papua cerdas dan Papua produktif jika tidak sehat. Maka, kesehatan adalah hal penting yang harus dipenuhi setiap individu” Imbuhnya (LP14/red)