Manokwari, Linkpapuabarat.com-Pemerintah Provinsi Papua Barat menginginkan ekspor biji kakao produksi petani dan koperasi Ribet Suth di Ransiki, Manokwari Selatan terus meningkat.
“Permintaan buyer (pembeli) di luar negeri cukup tinggi, tapi untuk saat ini belum semua terpenuhi. Kita sedang mendorong agar produksinya meningkat sehingga bisa memenuhi kebutuhan ekspor,”ucap Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Papua Barat Jacob Fonataba, Jumat (27/11)
Dia menjelaskan luas keseluruhan perkebunan kakao bekas lahan operasi PT Coklat Ransiki itu sekitar 1.800 hektar. Dari luasan lahan itu baru sekitar 200 hektar yang intens berproduksi.
Perkebunan ini sudah bertahun-tahun tidak dikelola karena perusahaan macet. Beberapa tahun terakhir masyarakat bersama pemerintah kabupaten setempat mulai berinisiatif untuk mengelola kembali dengan membentuk koperasi.
Sejak koperasi berdiri, lanjut Fonataba, bertahap perkebunan itu mulai dikelola, bahkan saat ini sudah rutin melakukan pengiriman ke Surabaya. Sudah beberapa kali koperasi Eiber Suth melakukan ekspor ke Inggris.
“Koperasi serta petani kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar baik di dalam maupun luar negeri. Kakao di Manokwari Selatan ini kualitas premium sehingga peminatnya banyak,” ujarnya lagi.
Pemprov akan terus menerus mendorong melalui program pengembangan serta pengadaan sarana prasarana pertanian.
“Koperasi dan petani butuh dukungan. Disisi lain bapak gubernur menginginkan produksi kakao Ransiki terus digenjot,” ujarnya lagi
Pada tahun 2020, sebut Fonataba, Pemprov Papua Barat maupun pusat sudah membantu masing-masing 50 hektar program peremajaan. Untuk tahun 2021 program serupa akan kembali dilaksanakan.
“Dari APBN kami ajukan pengembangan 100 hektar, DIPA dari pemerintah pusat sudah turun. Kami belum sempat membuka dokumen, jadi belum tahu berapa yang direalisasikan,” katanya.
Sedangkan untuk APBD Papua Barat tahun 2021, pihaknya pun berencana mengajukan program pengembangan kakao Manokwari Selatan seluas 100 hektar.
Jacob menambahkan, saat ini koperasi Eiber Suth Ransiki sudah melakukan pengiriman secara rutin dua kali dalam sebulan ke Surabaya. Dalam setiap pengiriman koperasi ini baru mampu memenuhi 12 ton kakao kering.
“Kalau 1800 hektar itu semua sudah beroperasi kita yakin produksinya akan meningkat drastis. Produksi 200 ton perbulan pasti bisa dicapai, bahkan bisa lebih lagi,” demikian Jacob Fonataba.(LPB1/red)