FAKFAK, linkpapua.com- Penjabat Gubernur Papua Barat Ali Baham Temongmere bersama istri, Hj Siti Mardiana disambut keluarga besar saat tiba di kampung halamannya, di Kampung Kotam, Distrik Fakfak Timur Tengah, Minggu (12/11/2023). Ini adalah kepulangan pertama Ali Baham ke tanah kelahirannya sejak ditunjuk menjadi Pj Gubernur.
Tiba di Kampung Kotam, Ali Baham mendapat pengalungan bunga pala oleh kepala kampung setempat. Kehadirannya juga diiringi tari tumor dari remaja Kampung Wayati dan tari Titir.
Selanjutnya, prosesi adat itu mengantar Ali Bahan ke kediamannya.
Di sana ia sudah ditunggu keluarga besarnya. Suasana haru menyelimuti. Ali Bahan tampak tak kuasa membendung air mata.
Satu persatu anggota keluarga memberinya pelukan hangat. Tiba di kediamannya, Ali Baham kemudian melakukan salat sunat dan doa syukur.
Setelah itu ia ziarah ke makam kedua orang tuanya.
“Saya terus terang saja, tadi turun teteskan air mata, karena yang biasa kitong jemput itu orang lain, tapi hari ini yang kamorang jemput itu kitorang sendiri. Anak asli dari kampung,” ungkap Ali Baham.
Ali Baham lalu mengisahkan kehidupan di masa kecilnya di Kampung Kotam. Dulu kata Ali, ia sempat di-bully di sekolah gara-gara tersemat nama Baham pada namanya.
Nama itu pemberian kakeknya. Karena sering di-bully, nama itu nyaris diganti.
“Nyaris saja diganti akibat ejekan teman-teman di sekolah. Namun siapa sangka nama itu yang kelak akan membawa saya menuju masa depan yang cerah,” terang Ali.
Ali mengaku bangga menjadi anak Kampung Kotam. Di kampung itu ia dilahirkan dengan segala suka dukanya.
“Ibu saya bercerita di hari Senin subuh itu saya dilahirkan. 40 hari kemudian di tempat ini mereka bikin rumah dan saya injak pasir di tempat ini. Nama saya cuma Baham, saya tinggal dengan kakek saya. Semua orang dari Baham tapi tidak ada orang yang pakai nama ini. Semua punya Mbaham di seluruh Jasirah ini, tapi saya yang diberikan nama ini. Ketika saya SD, saya protes kepada guru karena teman-teman ganggu saya. Sempat mau ganti nama itu, tapi tete saya marah. Katanya begini siapa yang mau ganti nama itu, kastinggal dia pakai nama itu, nanti suatu saat dia akan tau siapa dia,” jelasnya.
Ali Baham, yang juga adalah Pakar Dewan adat Suku Mbaham Matta, menceritakan, bahwa pesisir pantai ini didiami oleh keluarga besar Mbaham Matta, secara khusus di wilayah Petuanan Fathgar dan Petuanan Ati-Ati.
“Waktu kami turun yang jemput adalah Raja Fatagar dan dua saudara adalah Bahba dan Bahamba. Saya tidak lihat Raja Ati-Ati, tapi terima kasih bapak Raja Ati-Ati sudah ada hari ini sambut saya dalam rumah. Terima kasih bapak Raja Ati-Ati, karena Raja Fatagar dan Ati-Ati adalah Raja yang ada dalam kekeluargaan,” jelasnya. (Rls/red)