MANOKWARI, Linkpapua.com – Pj Sekda Provinsi Papua Barat Yacob Fonataba memuji kerja keras semua leading sektor di Papua Barat yang telah berhasil menurunkan prevalensi stunting di bawah angka 14%. Jacob menyebut, PR berat saat ini adalah memangkas angka kemiskinan ekstrem.
“Terima kasih kepada Tim Penggerak PKK yang telah bekerja keras membantu penurunan jumlah stunting sehingga kita bisa di angka 13,93%. Kita sekarang ada di bawah angka target nasional,” jelas Yacob saat memberi sambutan pada Rapat Koordinasi (RAKOR) Tim Penggerak PKK Provinsi Papua Barat Dan Pengukuhan Ketua Tim Pembina Posyandu Kabupaten Manokwari yang diadakan di Auditorium PKK, Arfai Selasa (10/10/2023).
Menurut Yacob, setelah stunting, pemerintah provinsi kini dihadapkan pada PR selanjutnya. Yakni penanganan kemiskinan ekstrim.
Yacob menjelaskan, kemiskinan ekstrem beriringan dengan stunting. Ketika stunting mampu ditekan di bawah angka rata-rata nasional, maka kemiskinan ekstrem juga harus bisa dipangkas lebih signifikan.
“Jadi kalau orang itu miskin, sudah pasti dia akan mengalami stunting,” jelasnya.
Menurutnya, dalam mengatasi dua problem ini, harus ada standar kesehatan setiap keluarga. Di antaranya, rumah – rumah harus ada jamban, lantai rumah harus ada, dan pengeluaran di atas Rp10.700 per hari.
“Ini yang pemerintah harus perhatikan agar sesuai instruksi Presiden untuk tahun 2024 kita harus 0%,” jelasnya.
Yacob juga menjelaskan mengenai angka Inflasi. Saat ini yang paling dominan menjadi penyumbang inflasi PB yakni tiket pesawat karena jumlah sarana penerbangan yang terbatas. Ini berbanding terbalik dengan volume penumpang yang tinggi.
“Ada juga komoditi lain seperti komoditi pertanian. Itu juga menjadi penyumbang inflasi,” tuturnya.
Dijelaskan Yacob, untuk mengatasi komoditi pertanian yang memengaruhi angka Inflasi, maka kebutuhan-kebutuhan dalam rumah tangga seperti cabai, sayuran harus mulai ditanam di pekarangan-pekarangan rumah.
Yacob mengatakan bahwa ada kolaborasi kebun Hatinya PKK yang dibuat untuk memberikan motivasi kepada masyarakat dalam rangka menyiapkan bahan makanan yang bergizi bagi keluarga.
Yacob juga menyinggung soal fenomena El Nino. Menurutnya, secara global El Nino adalah perubahan permukaan laut yang mengakibatkan terjadinya kekeringan.
“Di Jawa khususnya Jakarta permukaan air laut sudah turun, jadi air di Bogor sudah rendah. Sehingga untuk daerah Jawa curah hujan sudah rendah”, katanya.
Tanaman padi yang menghasilkan produksi beras itu kebutuhan air minimal air genangannya pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 25 centi tergenang. Sekarang kebutuhan air debit sudah menurun. Ini kata Yacob warning bahwa akan terjadi kelangkaan produksi beras. (LP12/red)