MANOKWARI, Linkpapua.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua Barat mencatat, angka pengobatan penyakit TBC di Papua Barat baru mencapai 49%. Dengan rasio yang relatif rendah ini, penularan masih berpotensi meningkat.
Hal ini terungkap dalam pertemuan monitoring dan evaluasi (Monev) laboratorium Tes Cepat Molekuler (TCM) dan Mikroskopis Tuberkulosis (TBC) di Aston Niu Hotel Manokwari, Kamis (8/8/2024).
Plh Kepala Dinas Kesehatan Thomas O Saghawari mengatakan upaya penanganan TBC di seluruh wilayah Papua Barat terus dilakukan. Thomas melaporkan bahwa capaian penemuan dan pengobatan kasus TBC, yang hingga Juli 2024 baru mencapai 49% dari target 90% pada tahun ini.
“Perlunya meningkatkan capaian kelengkapan dan kesembuhan pengobatan, mengingat pada tahun 2023 hanya tercapai 43%, yang mengindikasikan 41% kasus mengalami putus pengobatan, berpotensi meningkatkan penularan dan resistensi obat TBC,” terang dia.
Thomas berharap pertemuan monev ini dapat menyelaraskan strategi dan upaya dalam penanggulangan TBC di masing-masing wilayah. Selain itu diskusi selama pertemuan juga berfokus pada tantangan dan hambatan yang dihadapi serta mencari solusi bersama untuk mengatasinya.
Selanjutnya dalam upaya mengatasi kesenjangan capaian, Thomas mengingatkan bahwa saat ini dalam menu Biaya Operasional Kesehatan (BOK) terdapat anggaran untuk pemantauan minum obat (PMO), pencarian kasus TB Mangkir, dan investigasi kontak. Ia mendorong semua pihak untuk memaksimalkan operasional tersebut.
“Program TBC saat ini menjadi fokus evaluasi oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), bersamaan dengan capaian stunting, kemiskinan ekstrem, dan imunisasi polio. Hal ini menjadi peluang untuk melibatkan semua lintas sektor dan lintas program dalam pembentukan tim percepatan pengendalian TBC,” katanya.
Sementara itu Ketua Panitia Monev Laboratorium TCM dan Mikroskopis TBC, Billy G Makamur, melaporkan bahwa sesuai dengan surat edaran Kementerian Kesehatan, pemeriksaan TCM merupakan alat diagnosis utama untuk penegakan diagnosis TBC. Berdasarkan evaluasi penggunaan alat TCM, rata-rata utilisasi TCM dari Januari hingga Juni 2024 adalah 16%, dengan total rata-rata 31 tes.
Billy juga menjelaskan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan utilisasi TCM adalah adanya tambahan pemeriksaan dari jejaring eksternal melalui mekanisme transportasi spesimen. Sementara itu, pemeriksaan mikroskopis masih digunakan untuk memantau pasien TBC selama masa pengobatan hingga menentukan keberhasilan pengobatan.
“Untuk memastikan kualitas laboratorium, perlu dilakukan pemantauan melalui sistem pemantapan mutu laboratorium yang mencakup pemantapan mutu internal dan eksternal serta peningkatan mutu” katanya.
Ia melaporkan bahwa saat ini, Provinsi Papua Barat memiliki 16 unit alat TCM yang tersebar di rumah sakit dan puskesmas di tujuh kabupaten/kota
“Untuk meningkatkan utilisasi TCM dalam pemeriksaan TBC dan aksesibilitas pemeriksaan laboratorium, diperlukan monitoring dan evaluasi terhadap pemeriksaan TCM dan sistem transport spesimen,” jelas Billy.(LP14/Red)