MANOKWARI, LinkPapua.com – Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, menyampaikan pentingnya melahirkan Islam yang sejuk dan damai dari tanah Papua Barat. Hal itu Dominggus sampaikan saat membuka Musyawarah Daerah (Musda) I Badan Koordinasi Majelis Muslim Papua (MMP) Provinsi Papua Barat, yang digelar di halaman Masjid Fasharkan TNI AL, Sabtu (24/5/2025).
“Kita sepakat menjadikan MMP sebagai rumah untuk menebarkan Islam yang sejuk dan damai. Kita harus sepakat bahwa Islam yang sejuk dan damai akan lahir di tanah Papua, khususnya tanah papua barat,” ujarnya.
Menurutnya, hal itu selaras dengan pernyataan Dr Fazlur Rahman, seorang cendekiawan muslim, yang menyebut Islam yang sejuk dan damai sesungguhnya terlahir dari toleransi dan moderasi Nabi Muhammad saw dan itu akan lahir dari bumi Indonesia.
Musda I MMP dihadiri Wakil Bupati Manokwari Mugiyono, perwakilan Fasharkan TNI AL, perwakilan Polres, serta pengurus NU dan Muhammadiyah.
Dalam kesempatan itu, Dominggus menyampaikan bahwa solidaritas muslim Papua adalah bagian integral dari masyarakat adat Papua yang menjadi jembatan harmonisasi peran dan tanggung jawab sebagai anak Papua sekaligus seorang muslim.
“Solidaritas Muslim Papua kemudian berubah nama menjadi Majelis Muslim Papua pada muktamar tahun 2007 di Jayapura,” ungkapnya.
Dominggus juga menegaskan dalam konteks desentralisasi asimetris sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua, MMP memiliki ruang gerak untuk bersinergi dengan seluruh institusi guna mempercepat pembangunan Papua.
“Tujuan pembangunan tersebut adalah mewujudkan Papua sehat, Papua cerdas, Papua produktif, dan Papua damai menuju Papua emas tahun 2041 sebagai embrio mencapai Indonesia emas tahun 2045,” bebernya.
Ketua panitia Musda, Abdul Rasyid Rimbay, turut menyampaikan sejarah lahirnya MMP yang berakar dari Solidaritas Muslim Papua sejak 2007. Dia menjelaskan MMP hadir sebagai bentuk ukhuwah Islamiyah yang berkarakter Papua yang menyelesaikan persoalan umat melalui pendekatan adat dan damai.
Dia menekankan MMP tidak hadir untuk bersaing, tetapi sebagai pelengkap. “Kalau saudara-saudara kami NU sudah bangun pesantren, saudara kami Muhammadiyah sudah bangun fasilitas pendidikan, maka MMP melaksanakan apa yang belum dilaksanakan oleh NU dan Muhammadiyah,” terangnya.
Saat ini, lanjut Abdul Rasyid, kepengurusan aktif MMP baru ada di Kabupaten Teluk Bintuni dan Fakfak. Karena itu, Musda I ini menjadi momentum pembentukan pengurus tingkat provinsi yang akan membina dan membangun jaringan ke kabupaten/kota lainnya.
“Kami sampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten yang telah mendukung sehingga Musda I MMP dapat terlaksana hari ini,” tutupnya. (LP14/red)




