MANOKWARI, linkpapua.com– Pj Gubernur Papua Barat Ali Baham Temongmere bertemu manejemen Semen Maruni, Manokwari, Jumat (19/1/2024). Ali Baham mengungkap harapannya agar orang asli Papua (OAP) juga bisa duduk di posisi top manajemen.
Dalam kunjungannya, Ali Baham didampingi Asisten II Melkias Werinussa. Turut pula Kepala Suku Besar Arfak turunan Barens Mandacan, Nataniel Dominggus Mandacan, dan masyarakat pemilik hak ulayat dari Suku Mansim.
Ada beberapa hal yang ditekankan Ali Baham dalam kunjungan tersebut. Yang pertama kata dia, perushaan harus berkomitmen menghadirkan perubahan ekonomi bagi rakyat.
“Kebijakan investasi Semen Maruni merupakan kebijakan negara dan tentunya pemerintah pusat. Pemerintah provinsi memiliki kewajiban untuk memberikan dukungan agar daerah-daerah di Indonesia termasuk Papua Barat pabrik investasi semen ini bisa berjalan baik sehingga pertumbuhan ekonomi negara dan daerah tertunjang dan pendapatan negara dan masyarakat dari waktu ke waktu bisa semakin meningkat,” paparnya.
Kedua, lanjut Ali Baham, perusahaan berkomitmen dalam memberi kontribusi pajak. Baik bagi pemerintah pusat maupun daerah.
“Dan kami dapatkan laporkan pajak pajak air permukaan dibayarkan sebesar Rp200 juta per bulan kepada pemerintah Provinsi Papua Barat. Terima Kasih sudah berikan kontribusi pajak,” jelas Ali Baham.
Ali Baham lalu berbicara soal manajemen. Ia melihat saat ini manajemen Semen Maruni masih didominasi oleh tenaga kerja asing (China).
“Kesan pertama kita bertemu dan perkenalan diri saat ini suasananya seperti di Cina, kami harap pertemuan kedua berikutnya suasananya Indonesia,” seloroh Ali Baham.
“Artinya ke depan kami berharap pada periode jangka panjang kedua bisa tidak hanya tenaga asing. Namun juga bisa diisi tenaga lokal khususnya OAP di bidang manajemen level top,” katanya.
Menurut Ali Baham, kehadiran pabrik semen ini positif. Pemprov memberikan dukungan terhadap proses-proses perizinan.
Soal keberpihakan kepada masyarakat ia berharap, ESDC bisa sampaikan secara terbuka kepada Pemprov agar bisa disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekitar pabrik semen. Dan lebih luas Kabupaten Manokwari dan sekitarnya.
“Terkait penggunaan lahan terkait masyarakat adat, kalau dampak lingkungan, sekarang ada dampak dari polusi udara. Diharapkan hal ini tidak menganggu ketenteraman warga. Supaya diperhatikan,” pintanya.
Sementara itu, Nataniel Mandacan menenkankan terkait lokasi tanah hak ulayat. Menurutnya ini menjadi tugas bersama. Agar hak hak masyarakat tetap menjadi perhatian.
“Menjadi tugas dari kami kepala suku kepada adat yang akan berbicara dengan warga hak ulayat. Harapan kami terkait dengan ganti hak ulayat tanah. Ini yang kami cek,” jelas dia.
Dijelaskannya, dari laporan perusahaan mengatakan, saat ini ada 40 orang OAP di perusahaan. Tapi yang lahir dan besar di Papua sebanyak 105 orang. Untuk jajaran supervisor OAP ada 9 orang. Desember kemarin ada beberapa supervisor OAP dipailitkan berkunjung ke Cina. Dan semua akomodasi ditanggung perusahaan. (LP1/red)