MANOKWARI, linkpapua.com- Pemerintah Provinsi Papua Barat segera merespons laporan warga terkait putusnya jembatan Kali Kasih, Jumat dini hari (8/3/20224) akibat longsor.
Jembatan Kali Kasih yang menghubungkan Papua Barat dengan Papua Barat Daya amblas akibat longsor karena tingginya curah hujan dalam sepekan terakhir.
Pj Sekda Papua Barat Yacob Fonataba bersama instansi terkait meninjau langsung lokasi longsor, Sabtu (9/3) dan melakukan tindakan darurat.
Balai Jalan dan Jembatan Kementrian PUPR melakukan tindakan darurat dengan menimbun jembatan yang longsor menggunakan alat berat agar jembatan bisa segera digunakan kembali oleh warga.
Fonataba mengatakan tindakan darurat dilaksanakan agar warga bisa menggunakan fasilitas jembatan ini kembali meskipun harus hati-hati. Untuk perbaikan jembatan secara permanen akan dilaksanakan oleh BWS dengan tindakan-tindakan preventif agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Kepala BPBD Papua Barat Derek Ampnir mengungkapkan, hujan dengan intensitas cukuh tinggi mengakibatkan Kali Kasih banjir dan mengikis jalan sebelum memasuki jembatan penghubung Papua Barat dan Papua Barat Daya. Akibat putusnya jembatan ini, arus transportasi dari Manokwari-Sorong lumpuh.
“Sehingga ini perlu penanganan serius dari pemerintah daerah dua provinsi. Untuk sementara akses jalan tersebut ditutup untuk mencegah kemungkinan lebih fatal karena sewaktu-waktu jembatan dapat rubuh,” terang Derek, Minggu (10/3/2024).
Dilaporkan, kondisi di lokasi cukup serius. Dijelaskan Derek, pada tanggal 7 Maret 2024 malam terjadi hujan yang cukup lebat di sebagian besar daerah di Manokwari. Hujan lebat tersebut mengakibatkan meningkatnya debit air pada aliran sungai Kasi,
Akibatnya, pada salah satu jembatan mengalami gerusan pada oprit sehingga menyebabkan putusnya ruas jalan Arfu-Prafi.
Namun saat ini telah dilakukan penanganan darurat oleh Balai Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR.
Analisis Meteorologi
Badan Metereogi Klimatologi dan Geofisika memaparkan, tingginya curah hujan disebabkan oleh tekanan udara dan pola angin. Adanya sirkulasi anti siklonik di sebelah selatan Papua menyebabkan terbentuknya belokan angin di wilayah Papua Barat.
Hal ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan konvektif yang dapat menyebabkan hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di wilayah Papua Barat.
“Kelembaban udara yang cukup tinggi sekitar wilayah Papua Barat mendukung pertumbuhan awan awan konvektif (cumulonimbus) di wilayah Papua Barat. Analisis citra satelit himawari pada tanggal 7 Maret 2024 juga menunjukan adanya pertumbuhan awan konvektif (cumulonimbus) mulai pukul 20.30WIT -01.00 WIT dengan suhu puncak awan mencapai -100 °C di wilayah Manokwari,” jelas Prakirawan
BMKG, Akhdhori Alfa Menggala.
Kondisi ini menurut dia, menunjukan adanya pertumbuhan awan konvektif
berupa cumulonimbus yang dapat menimbulkan hujan dengan intensitas sedang lebat dapat disertai petir dan angin kencang dengan durasi yang cukup lama yang dapat menyebabkan terputusnya jembatan di wilayah Distrik Sidey.
Langkah Pemprov Papua Barat
Setelah menerima informasi kejadian dari lapangan, Tim PPK 1.3 segera menuju ke lokasi untuk melakukan peninjauan awal dan investigasi penyebab kejadian. Kata Derek Ampnir, pihaknya langsung melakukan koordinasi dengan berbagai leading sektor. Di antaranya, dengan Balai Wilayah Sungai Papua Barat, Polres, BPBD, dan Pemda Setempat serta BMKG.
Selanjutnya dilakukan rekayasa teknis sementara agar ruas jalan tersebut dapat fungsional kembali
“Alat berat yang sudah berada di lokasi kejadian antara lain dump truck, excavator, material drum drum bekas aspal sudah berada di lokasi untuk penanganan daruratnya. Rencananya akan diisi pasir untuk digunakan sebagai tanggul membendung aliran
sungai dan setelah itu akan dilakukan penimbunan pada oprit,” jelas Derek.
Ia menjelaskan, akan dilakukan penimbunan Oprit dengan menggunakan material pilihan.
“PPK terus memantau lokasi tersebut (siaga), agar hal yang tidak diinginkan tidak terjadi,” imbuhnya. (LP1/red)