JAKARTA, Linkpapua.com- Amerika Serikat mengerahkan pesawat super canggih P-8 Poseidon dalam operasi pencarian KRI Nanggala-402 yang hilang. P-8 Poseidon mulai diterjunkan hari ini untuk operasi pencarian.
Juru bicara Pentagon, John F Kirby menjelaskan bahwa P-8 Poseidon milik Angkatan Laut AS merupakan jenis pesawat patroli maritim yang dirancang secara khusus untuk misi pencarian, khususnya kapal selam. Dia menyebut pesawat ini canggih.
“Itu merupakan platform canggih yang bisa membantu pemerintah Indonesia untuk mengetahui lebih baik lokasinya (kapal selam-red),” kata Kirby dikutip detikcom.
Dikutip dari laman resmi Boeing, P-8 merupakan pesawat patroli maritim multi-misi, unggul dalam peperangan anti-kapal selam; perang anti-permukaan; intelijen, pengawasan dan pengintaian serta pencarian dan penyelamatan.
P-8 bisa terbang lebih tinggi (hingga 41.000 kaki) dan bertarung lebih cepat (490 knot). Waktu transit yang lebih singkat mengurangi ukuran Area Kemungkinan saat mencari kapal selam, kapal permukaan, atau penyintas pencarian dan penyelamatan.
P-8 juga dirancang untuk misi ketinggian rendah dan telah membuktikan kemampuannya dalam mendukung misi kemanusiaan serta pencarian dan penyelamatan. Sistem yang terbukti dengan lebih dari 100 pesawat dalam pelayanan dan lebih dari 300.000 jam terbang.
P-8 memiliki dua varian: P-8I, yang diterbangkan oleh Angkatan Laut India, dan P-8A Poseidon, yang diterbangkan oleh Angkatan Laut AS, Angkatan Udara Australia dan Angkatan Udara Kerajaan Inggris.
P-8 direkayasa selama 25 tahun / 25.000 jam dalam uji coba penerbangan maritim paling keras, termasuk operasi yang diperpanjang di lingkungan lapisan es.
Kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak di perairan Bali sejak Rabu (21/4/2021) sempat memberi tanda keberadaannya di kedalaman 100 meter. Tim mengidentifikasi adanya pergerakan, namun hilang dalam beberapa saat.
“KRI RE Martadinata sempat mendeteksi adanya pergerakan di bawah air dengan kecepatan 2,5 knot. Tetapi laporan tersebut belum bisa disimpulkan bahwa itu adalah KRI Nanggala,” terang Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Achmad Riad, Kamis (22/4/2021).
Menurut Riad, sulit untuk langsung menyimpulkan bahwa itu KRI Nanggala karena hanya terdeteksi beberapa saat dan hilang. Karena itu ia muluruskan bahwa KRI Nanggala telah ditemukan 21 jam yang lalu.
Selanjutnya soal temuan tumpahan minyak di beberapa titik, Riad mengemukakan, indikasi itu juga belum mengarah ke KRI Nanggala. Ia menyatakan butuh penelitian lebih jauh untuk memastikannya.
Tumpahan tersebut terlihat oleh awak Helikopter Panther 4211, KAL Bawean, dan KRI RE Martadinata 331.
Terkait temuan ini, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, jika itu bersumber dari KRI Nanggala maka ada ada dua kemungkinan yang menyebabkan terjadinya tumpahan minyak.
Kemungkinan pertama adalah adanya keretakan di tangki.
Karena kondisi black out atau matinya kelistrikan, tangki bisa mengalami keretakan bila posisi kapal selam memasuki kedalaman 500-700 meter.
Kemungkinan kedua ialah minyak tersebut sengaja ditumpahkan. Ini bisa dilakukan saat kapal selam berada di kedalaman 50-100 meter.
“Di situ ada oli dan ada minyak, dihembuskan dibuang dalam upaya ini untuk mengapungkan. Jadi, untuk meringankan berat kapal tersebut, sehingga kondisinya bisa melayang,” ucapnya, dilansir dari Antara, Kamis (22/4/2021).
KSAL Laksamana TNI Yudo Margono juga membenarkan adanya titik dengan kemagnetan tinggi berada pada kedalaman 50-100 meter.
“Tadi baru kita temukan saat Panglima ke sana, ada kemagnetan yang tinggi di suatu titik di kedalaman 50-100 meter melayang,” ungkapnya, Kamis.
Yudo berharap itu merupakan tanda keberadaan kapal selam KRI Nanggala-402. (*/red)