JAKARTA, linkpapua.com– Tangguh LNG membuktikan komitmennya dalam penyelamatan lingkungan di Kabupaten Teluk Bintuni. Terbukti hingga saat ini Tangguh LNG telah melakukan rehabilitasi paedikitnya 1.320 hektar lahan di daerah itu.
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan tahun 2004, Pemerintah telah mengalokasikan lahan seluas 3.380 hektar (ha) untuk operasi Tangguh LNG. Namun tidak seperti pemberitaan akhir-akhir ini, lahan yang digunakan untuk Tangguh Train 1, 2 dan 3 tidak lebih dari 650 ha, termasuk di dalamnya penggunaan 8 ha hutan bakau untuk membangun Tangguh.
Walaupun hanya menggunakan sekitar 650 ha, Tangguh LNG – dengan dukungan penuh dari SKK Migas – hingga saat ini telah merehabilitasi lebih dari 1.320 ha hutan di Weriagar dan Kamundan, Kabupaten Bintuni. Di mana luasnya lebih dari dua kali luasan lahan yang digunakan untuk operasi Tangguh LNG. Sebagian besar dari 1.320 ha tersebut merupakan hutan bakau.
Wigra Hanafiah, communications advisor Indonesia, dalam rilisnya kepada media ini mengatakan tindakan rehabilitasi yang telah dilakukan oleh Tangguh LNG tersebut telah diakui dan mendapat apresiasi dari Pemerintah.
Disebutkan Wigra, lebih dari 80% pekerja yang terlibat dalam proses penanaman dan pemeliharan lahan rehabilitasi tersebut berasal dari masyarakat setempat. Selain itu, Tangguh LNG sedang mempersiapkan tahapan selanjutnya untuk rencana rehabilitasi hutan seluas 1.888 ha di Kabupaten Bintuni dan Sorong Selatan.
“Kemudian akan dilanjutkan lagi dengan tahap rehabilitasi selanjutnya seluas 3.776 ha. Sesuai dengan komitmen bersama Bp
telah rehabilitasi 1.320 ha hutan Bintuni,” kata Wigra, Rabu (19/4).
Lanjut Wigra, Pemerintah seperti dinyatakan dalam dokumen AMDAL (Analisis mengenai Dampak Lingkungan) Tangguh, luas lahan yang akan kami rehabilitasi akan mencapai 6.984 ha. Pemenuhan kewajiban Tangguh LNG untuk menjaga lingkungan juga didukung penuh oleh SKK Migas dan di bawah pengawasan ketat dari para lenders Tangguh LNG dan instansi lain terkait, termasuk Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK).
Dukungan tersebut bukan hanya dalam bentuk bantuan untuk program rehabilitasi hutan, melainkan juga membantu keberhasilan Tangguh dalam menjalankan program-program pemeliharaan lingkungan yang lain seperti beberapa survei berkala yang kami lakukan untuk melihat keanekaragaman hayati di lingkungan operasi Tangguh LNG, termasuk survei perikanan dan mamalia laut serta survei flora dan fauna.
“Tangguh menerima penghargaan PROPER Award dari KLHK dengan status Hijau di tahun 2018, 2019, 2020 dan 2021, yang berarti pengelolaan lingkungan yang Tangguh lakukan telah melebihi yang dipersyaratkan oleh Pemerintah,” terang Wigra.
Untuk diketahui bahwa Bp telah mengoperasikan Tangguh LNG sejak 2009, terletak di Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Lebih dari 99% dari anggota tim kami adalah orang Indonesia. Lebih dari 72% pekerja yang mengoperasikan Tangguh Train 1 dan Train 2 saat ini berasal dari Papua.
Program pembangunan berkelanjutan Tangguh turut mendukung keberlanjutan sosial untuk masyarakat di sekitar wilayah operasi melalui program-program pemberdayaan masyarakat asli dalam berbagai bidang termasuk pendidikan, kesehatan, tata kelola serta kewirausahaan penduduk lokal.
Beberapa contoh kontribusi Tangguh terhadap ekonomi lokal melalui program pemberdayaan masyarakat asli:
• Ratusan ton produk hasil pertanian dan perikanan dari koperasi dan masyarakat sekitar diserap setiap tahunnya untuk katering Tangguh LNG. Sampai 2020, jumlah serapan produk mencapai 3.400 ton dengan nilai lebih dari Rp 90 milyar.
• Sekitar 30 perusahaan dan pemasok Papua saat ini terlibat dalam rantai pasokan Tangguh LNG, dengan akumulasi nilai kontrak sejak 2006 senilai lebih dari Rp 4 trilliun. (*/red)