MANOKWARI. Linkpapua.com – Pj Gubernur Ali Baham Temongmere menghadiri pelantikan dan raker Kerukunan Keluarga Besar Fakfak Manokwari di Gedung DPD PWKI Papua Barat, Senin (11/12/2023). Di momentum itu, Ali Baham berbicara filosofi membangun dari era ke era.
Menurut Ali Baham, setiap pemimpin punya filosofi membangun. Filosofi mereka menjadi motivasi untuk menghadirkan perubahan di Papua Barat.
“Kalau Pak Bram (Mantan Gubernur Papua Barat Periode 2003 – 2017) dulu mottonya Kalau Bukan Sekarang Kapan Lagi, Kalau Bukan Kitorang Siapa Lagi”, ujar Ali Baham.
Ia mengatakan setiap masa ada proses regenerasi. Mereka mengambil alih kepimpinan dalam generasi pada masanya. Karena pantang bagi generasi sekarang mengingkari apa yang telah dibuat oleh para pendahulu.
“Kita boleh berdiri dan duduk di sini untuk berbicara tentang hari ini dan masa depan, tetap kita jangan lupa bahwa kita tidak dari angka nol. Kita telah mulai dari akhir kemimpinan periode – periode sebelumnya. Walaupun kita mengawali lagi, tetapi mengawali dari akhir proses sebelumnya tentunya menjadi lebih penting untuk kita semua”, jelas Ali
Selain filosofi Gubernur Bram, juga ada motto dari Dominggus Mandacan yang merupakan Gubernur Papua Barat Periode 2017 – 2022. Dominggus memiliki filosofi Membangun Dengan Hati, Mempersatukan Dengan Kasih Menuju Papua Barat Yang Aman, Sejahtera, Dan Bermartabat.
Setelah itu ada filosofi (Pj) Gubernur Paulus Waterpauw (masa jabatan 12 Mei 2022 – 1 November 2023). Waterpauw dikenal dengan motto Salam Baku Dapa.
“Saya mencoba untuk merangkum ini, setelah kemudian pada waktu peresmian Bandara Siboru, Menteri Perhubungan memanggil saya, lalu Presiden menanyakan Filosofi bangunan terminal, lalu saya menjawab tiga bumbungan itu adalah Satu Tungku Tiga Batu. Kemudian Presiden bertanya lagi, tiang – tiang kecil penyangga ini apa, lalu menteri Perhubungan menjawab ini filosofi Rumah Kaki Seribu”, terang Ali.
Ali mengungkapkan sempat menyampaikan pada staf Perhubungan untuk membuat desain yang sama untuk terminal (Bandara) Manokwari nantinya.
“Menurut rencana tahun 2025 nanti terminal bandaranya dipindahkan. Kita berdoa agar tentunya ke depan sampai dengan 2025 Bandara Rendani bisa diperpanjang dan terminalnya menggambarkan nilai Rumah Kaki Seribu”, ungkapnya.
Oleh karena itu dirinya menyapa dengan salam Satu Saudara Satu Hati Di Bawah Naungan Rumah Kaki Seribu. Ali Baham pun meminta agar semuanya menyapa dengan salam tersebut.
“Karena rumah kaki Seribu itu filosofinya harus ada tiang besar di tengah yang berarti tiang pemimpin, dan pemimpin yang punya hati dan di dalam hatinya bertakhta Tuhan. Karena didalamnya itu dia menyangga sampai dengan menuju para Dewa yang ada menurut kepercayaan orang Arfak,” tutur Ali Baham.
“Pemimpin itu bisa menaungi orang banyak yang digambarkan Seribu itu. Oleh karena itu apa yang disampaikan oleh Mantan Gubernur terdahulu Dominggus Mandacan tentang Membangun Dengan Hati ternyata semangatnya adalah Rumah Kaki Seribu. Jika tiang itu adalah suku Arfak, maka tiang – tiang lainnya adalah semua suku termasuk orang Fak – Fak yang berada di Manokwari, semua sudah di terima di dalam rumah kaki Seribu itu”, lanjut Ali Baham.
Dirinya meminta semua warga dapat saling menjaga hubungan yang baik. Menjaga keamanan dan ketertiban serta mendukung pemerintahan yang ada sehingga Manokwari menjadi kota yang damai. (LP12/red)