MANSEL, LinkPapua.com – Warga dari lima kampung di pesisir Distrik Ransiki dan Neney, Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel), Papua Barat, menggelar aksi pemalangan jalan sebagai bentuk protes terhadap kondisi Jalan Trans Manokwari Selatan (Mansel) dan Pegunungan Arfak (Pegaf) yang belum juga diaspal. Aksi dilakukan, Rabu (14/6/2023), dengan pemalangan jalan sepanjang jalan kampung.
Akibat pemalangan tersebut, sejumlah aktivitas masyarakat yang hendak melintas dari arah Neney, Ransiki, dan Pegaf terhambat. Bahkan, kendaraan Bupati Mansel, Markus Waran, juga terjebak di jalan setelah ia melakukan kunjungan kerja dan berencana kembali ke Ransiki melalui jalur Neney.
Pemalangan baru dibuka setelah Staf Ahli Gubernur Papua Barat, Niko Tike, tiba di lokasi bersama rombongan untuk mendengarkan aspirasi masyarakat yang protes terkait kondisi jalan tersebut.
Niko menyampaikan ucapan terima kasih atas aspirasi yang telah disampaikan masyarakat. “Nanti saya akan menyampaikan hal ini kepada Bapak Gubernur (Pj Gubernur Papua Barat, Paulus Waterpauw), karena beliau saat ini sedang bertugas di luar untuk bertemu dengan Mendagri (Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian) terkait berbagai isu yang berkaitan dengan Papua Barat, termasuk masalah ini,” ujar Niko.
Ia berharap agar masyarakat tetap tenang dan menjamin bahwa aspirasi yang disampaikan akan ditindaklanjuti ke Dinas Pekerjaan Umum (PU) Papua Barat.
“Ini sebenarnya, saya datang ke Mansel untuk mengikuti peringatan Hari Konsumen Nasional mewakili Bapak Gubernur. Namun, saya kebetulan mendengar adanya pemalangan dan permintaan masyarakat agar jalan ini segera ditangani oleh pemerintah Papua Barat, sehingga kami langsung menuju ke sini,” tambahnya.
Sementara itu, Bupati Markus Waran menegaskan bahwa jalan tersebut merupakan bagian dari jalan provinsi. Pihaknya telah beberapa kali mencoba melakukan intervensi, tetapi khawatir akan menjadi temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Sekretaris Kampung Nuhuwei, Soleman Mandacan, menyampaikan pemalangan ini bukan kali pertama dilakukan. “Kami sebelumnya sudah pernah melakukan pemalangan yang sama pada tahun 2021. Bahkan, kami telah mengajukan keluhan ini ke pemerintah provinsi dan telah membahas masalah ini, tetapi hingga saat ini kami masih menunggu jawaban selama satu tahun lamanya. Kami belum mendengar ada kabar atau tanggapan apa pun,” ungkapnya.
Pihaknya pun, kata dia, kembali melakukan pemalangan ini. Ia menegaskan tidak punya tujuan lain, hanya untuk menuntut penanganan jalan ini. “Kami merasa kecewa karena jika kami ingin ke Ransiki, selalu terkendala dengan kondisi jalan yang berlumpur, bahkan sering kali terjebak di kolam-kolam genangan air. Terlebih lagi, para ibu-ibu yang ingin berjualan, jika mereka pergi pada waktu subuh, mereka terpaksa melalui jalan-jalan yang berlumpur,” jelasnya. (LP11/Red)