MANOKWARI, linkpapua.com – Sebanyak 25 penari cilik yang ikut meramaikan acara peresmian Tongkonan dan Rumah Kaki seribu di kabupaten Manokwari tidak mau kalah dari orang yang jauh lebih tua dan lebih mapan dalam hal mendukung pembangunan tersebut.
Mereka sepakat menyumbangkan hasil toding atau saweran mereka untuk pembangunan pagar halaman Rumah Adat di Gunung Soribo itu.
Toding pada umumnya merupakan hak bagi para penari dan tim, pembagiannya diatur oleh pelatih mereka. Namun hasil toding pada acara puncak yang dikabarkan mencapai Rp36 juta mereka sumbangkan bagi pembangunan pagar tongkonan di Soribo ini.
Penari atau Pa’gellu’ dalam bahasa Toraja pada acara puncak tersebut berjumlah 25 orang, paling muda masih duduk di bangku TK sementara yang paling tua masih duduk di bangku SMA.
Mereka seakan memperlihatkan kepada warga Toraja bahwa mereka juga bisa memberikan yang terbaik demi kebersamaan di Kabupaten Manokwari itu.
Dikonfirmasi Media inj, Koordinator Tim Penari, Normi Banno Pali mengatakan meski usulan untuk menyumbangkan hasil toding mereka untuk pembangunan pagar diajukan oleh tim pelatih, namun hal yang menarik saat ada usulan tersebut adalah respon yang sangat luar biasa dari para penari. Dengan wajah gembira, mereka mengaku setuju menyumbangkan hasil saweran menari bagi pembangunan pagar rumah tongkonan.
“Informasi kami dengar waktu rapat panitia pada malam sebelum perayaan puncak bahwa poin utama yang harus diselesaikan setelah peresmian adalah pembangunan pagar tongkonan. Setelah ade-ade selesai latihan kamu kumpulkan mereka di halaman tongkonan dan mendiskusikan hal ini. Sangat luar biasa, kami justru kaget dengan sikap mereka yang menyetujui usulan kami dengan dengan suasana bahagia,” katanya.
Terpisah, Ketua Pantia Pembangunan Tongkonan, Saul Rante Lembang mengaku kagum kepada sikap para penari.
Dikatakan Saul bahwa untuk mengambil kata sepakat pada umumnya adalah bukan hal yang mudah, namun para penari yang usianya dapat dikatakan masih kanak-kanak ini dengan mudah menyatukan pandangan mereka.
“Kadang-kadang kita perlu kembali belajar kepada anak-anak, dalam waktu singkat mereka bisa menemukan kata sepakat,” kata Saul.
Kepedulian yang ditunjukkan dari generasi muda Toraja ini membuat Saul sangat yakin kebersamaan dan persatuan Ikatan Keluarga Toraja di masa mendatang akan selalu baik-baik saja.
“Saya berharap semua warga Toraja yang punya niat yang sama, soal apakah semua orang punya kesempatan untuk terlibat secara langsung itu bukan masalah, selama niat sudah mendahului maka hasil positif pasti kita raih,” harapnya.
“Terimakasih kepada para penari yang sudah membanggakan masyarakat Toraja, masyarakat Manokwari, dan Masyarakat Papua Barat, kalian sudah membanggakan orang tua dan sekolah dimana kalian dididik,” tutup Saul. (LP6/red)