Manokwari,Linkpapuabarat.com – Perkebunan kakao di Ransiki Kabupaten Manokwari Selatan membutuhkan suntikan anggaran untuk meningkatkan produksi.
Ketua Koperasi Eiber Suth Ransiki, Yusuf Kawai, Sabtu (14/11), mengutarakan luas seluruhan perkebunan tersebut mencapai 1.868 hektar. Dari lahan itu baru sekitar 200 yang bisa berproduksi.
Yusuf mengungkapkan kendala yang dihadapi petani dan koperasi saat ini hanya modal. Petani di Manokwari Selatan dinilai siap untuk menggarap seluruh lahan perkebunan.
“Kendala kami cuma dana, kalau ada pembeli yang bisa mensuport kami sangat siap,” kata Yusuf.
Menurutnya, produksi kakao di Manokwari Selatan saat ini sudah lancar meskipun belum banyak. Dari pengelolaan 200 hektar lahan perkebunan tersebut koperasi Eiber Suth sudah mampu melakukan pengiriman secara rutin.
“Dulu, dua bulan sekali baru bisa kirim, tapi sekarang dalam satu bulan kami bisa kirim dua kali. Sekali kirim 12 ton ke Surabaya,” katanya.
Untuk ekspor, lanjut Yusuf, saat ini baru dilakukan ke Inggris. Sudah cukup banyak pembeli dari sejumlah negara mengajukan permintaan namun belum bisa dipenuhi karena produksi masih terbatas.
Sebelumnya Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan pada berharap produksi kakao Ransiki meningkat hingga menghasilkan panen 1.000 ton per bulan. Gubernur yakin hal itu dapat tercapai karena lahan yang tersedia masih sangat luas.
Dominggus juga mengutarakan bahwa nilai bisnis dari pengelolaan 200 hektar oleh petani dan koperasi selama tahun 2020 ini sudah mencapai Rp2,8 miliar
Ia ingin seluruh lahan bisa dikelola agar semakin banyak pendapatan yang diterima baik koperasi maupun petani.
“Kalau semua lahan sudah produksi kami yakin harapan pak gubernur akan tercapai dan semua permintaan dari beberapa negara tadi kami bisa penuhi,” kata Yusuf lagi. (LPB1/red)