26.9 C
Manokwari
Kamis, Mei 2, 2024
26.9 C
Manokwari
More

    Mengupas Rumah Woloan di Minahasa: Antara Kekayaan Adat dan Perspektif Ekonomi

    Published on

    MANOKWARI, linkpapua.com – Rumah adat Minahasa memiliki kekhasan tersendiri. Rumah adat ini konon bermula dari rumah yang menempel pada pohon, lalu menjadi cikal bakal rumah Woloan hingga kini.

    Hal ini tercatat dalam penelitian Dr WR Van Hoevell pada tahun 1850. Ia menuliskan, rumah adat Minahasa berbentuk panggung terdiri dari dua jenis. Yaitu berpilar batu (Wale Weiwangin) dan berpilar balok kayu (Wale Meito’tol). Jenis kedua inilah yang menjadi model rumah Minahasa yang diperjual-belikan di Desa Woloan.

    “Rumah adat Minahasa memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Minahasa. Kearifan lokal juga melekat di rumah ini,” ungkap Dr Paul Ricardo Renwarin pada seminar nasional melalui online yang diselenggarakan oleh Ikatan Dosen Katolik Indonesia (IKDKI), Kawanua Katolik (Kawkat) dan Pemerintah Kota Tomohon Sulawesi Utara, Kamis 28 Oktober 2021.

    Lebih lanjut Ricardo, yang juga sebagai peneliti dan budayawan Minahasa, menambahkan mengenai From Nature to Culture. Memang benar bangunan ‘rumah’ itu bercorak material-fisik-benda mati. Tetapi di tangan manusia pembangun atau para tukang, yang alami-natural-mati ini diolah dan ditata (=cultivate) menjadi ‘hidup’, yaitu ‘rumah hidup’ (the living house).

    Baca juga:  Waterpauw Dikukuhkan sebagai Anak Adat dan Sesepuh Kuri Wamesa

    Dari mana diperoleh ‘filosofi’ rumah hidup ini? Kata dia, lewat perlakuan khusus para tukang. Baik lewat tindakan, kata-kata ungkapan, doa, simbol-simbol dalam proses membangun’ atau men-diri-kan rumah.

    Ricardo menjelaskan juga pentingnya memahami alur pembangunan rumah. Sejak batu pertama sampai penggunaan rumah tersebut untuk dihuni atau istilah orang Minahasa adalah acara naik rumah baru.

    Pembicara lain, Dr Krismanto Kusbiantoro, melihat rumah panggung Woloan dalam perspektif penguatan arsitektur tradisional nusantara. Dari sisi arsitektur, rumah bisa dilihat dari dua dimensi yakni rumah sebagai tempat bernaung dan rumah sebagai tempat berlindung.

    Krismanto menjelaskan bahwa dalam kasus Arsitektur vernakular Asia Tenggara, yang memiliki iklim panas disertai dengan curah hujan dan kelembaban yang tinggi (Sekitar 70-100% memiliki kelembaban tinggi dan suhu sekitar 30 derajat Celsius) maka pola yang logis adalah pola shelter/bernaung yang artinya memiliki bukaan yang besar untuk udara mengalir, cahaya matahari masuk ke dalam ruang dan atap yang lebar dan besar untuk menahan curah hujan yang tinggi.

    Baca juga:  Jelang HPN 2022, Bamsoet Dorong Penegakan Kedaulatan Digital di Indonesia

    “Tujuh (7) fitur umum hunian tradisional di Asia Tenggara yakni hunian tripartite, berlantai dengan berbagai ketinggian, atap yang condong keluar, hiasan pada wuwung, atap yang melengkung seperti sadel kuda dan treatment berbeda kayu antara akar dan pucuk,” katanya.

    Untuk arsitek rumah panggung Woloan merupakan Huniatan Tirpartite karena ada kaki berupa tiang panggung dengan kolongnya, badan rumah berupa dinding dengan jendela dan pintu serta kepala berupa atap pelana.

    Krismanto juga menambahkan bahwa rumah panggung Woloan berlantai dengan berbagai ketinggian.

    “Beda ketinggian pada area tertentu seperti teras kamar mandi lebih rendah” jelasnya.

    Pembicara lain, Anton J Supit, melihat dari sisi ekonomi dan bisnis.

    “Seberapa besar pengaruh industri Rumah Panggung Woloan ini terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat local” ujar beliau.

    Juga “bagaimana rumah yang tidak dijual bisa menjadi daya tarik destinasi wisata”.

    Baca juga:  APBD Teluk Bintuni 2024 Ditetapkan Rp2,8 T

    “Sebagai pengusaha, saya melihat bahwa untuk menaikkan nilai jual ataupun nilai wisata maka dibutuhkan sentuhan-sentuhan arsitektur modern tanpa harus meninggalkan unsur local wisdom,” jelas dia.

    Inti dari webinar series pertama ini yang diselenggarakan oleh Ikatan Dosen Katolik Indonesia (IKDKI), Kawanua Katolik (Kawkat) dan Pemerintah Kota Tomohon Sulawesi Utara adalah penyatuan dari berbagai sudat pandang.

    Wali Kota Tomohon Caroll Senduk yang hadir langsung dalam Webinar ini sangat mengapresiasi program Dosen Membangun Desa ini. Ketua Umum IKDKI dan Kawkat, sama-sama sependapat, semoga dengan webinar series online yang akan diselenggarakan sampai series ke enam, akan menghasilkan terobosan baru ke depan untuk pengembangan Rumah Panggung Woloan dan memberikan dampak positif, ekonomi dan sosial budaya khususnya bagi masyarakat lokal.

    “Di tengah arus modernisasi ini, kearifan lokal dan budaya nasional, perlu terus dilestarikan, dipelajari dan dikembangkan menjadi keunggulan nasional. Banyak filosofi yang terkandung di dalam budaya nasional, yang dapat menjadi penguat dan pemersatu bangsa,” harapnya. (LP2/red)

    Latest articles

    Hadiri Halal Bi Halal KKSM, Hermus Dinobatkan jadi Warga Kehormatan

    0
    MANOKWARI, linkpapua.com- Bupati Manokwari Hermus Indou menghadiri halal bi halal Kerukunan Keluarga Surabaya Manokwari (KKSM) di Hotel Valdos, Manokwari, Rabu (1/5/2024). Di kesempatan itu...

    More like this

    Hadiri Halal Bi Halal KKSM, Hermus Dinobatkan jadi Warga Kehormatan

    MANOKWARI, linkpapua.com- Bupati Manokwari Hermus Indou menghadiri halal bi halal Kerukunan Keluarga Surabaya Manokwari...

    PFM Desak Kapolda Tindak Tegas Penjual Miras Oplosan di Papua Barat Daya

    MANOKWARI,linkpapua.com-Anggota DPD RI terpilih, Mananwir Paul Finsen Mayor meminta Kapolda Papua Barat menindak tegas...

    Universitas Caritas Papua Indonesia Resmi Hadir di Manokwari, Buka 5 Prodi

    MANOKWARI,linkpapua.com- Universitas Caritas Indonesia (UNCRI) secara resmi hadir di Kabupaten Manokwari tahun akademik 2024-2025....