TELUK BINTUNI, LinkPapua.com – Organisasi Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Teluk Bintuni siap mengubah air terjun Korano Botai yang terletak di hutan Kampung Botai, Distrik Manimeri, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, menjadi destinasi wisata jempolan.
Di bawah kepemimpinan Ketua Masata Teluk Bintuni, Maria Horna, pengurus dan relawan Masata meninjau langsung ke objek wisata tersebut, Kamis (25/5/2023). Air terjun Korano Botai terletak sekitar tiga kilometer dari jalan raya Bintuni – Manokwari.
Kampung Botai, yang merupakan pintu gerbang menuju Teluk Bintuni, merupakan kampung terakhir yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Manokwari Selatan. Jaraknya sekitar 45 kilometer dari ibu kota Teluk Bintuni.
Dengan senjata parang dan meteran, para pengurus Masata berjuang melalui perjalanan yang penuh liku untuk membersihkan jalan menuju kawasan air terjun yang diyakini akan menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun internasional.
Pemetaan rute menuju objek wisata ini akan menjadi landasan bagi Masata untuk membangun jalan yang nyaman bagi para pengunjung.
Masata bertekad mengembangkan keindahan tersembunyi di hutan Botai ini dengan memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat setempat. Potensi wisata alam yang ada di sana menjadi landasan kuat untuk melanjutkan upaya ini.
Saat ini, belum ada akses yang terbuka untuk masuk ke kawasan air terjun setinggi 30 meter itu. Wisatawan yang ingin mengunjungi tempat ini harus melewati semak belukar dan menanjak turun bukit selama sekitar dua jam perjalanan. Perjalanan ini membutuhkan usaha ekstra karena harus melintasi dua sungai dan beberapa jurang yang menuntut tenaga.
“Kalau kemudian hanya dibiarkan seperti ini, tidak dikelola dengan baik, maka selamanya potensi alam ini kurang memberi manfaat kepada masyarakat, utamanya masyarakat adat sebagai pemilik ulayat,” kata Maria.
Namun, jika potensi alam ini diatur dan dikelola dengan baik, hasilnya akan memberikan manfaat ganda bagi masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Masyarakat Botai yang akan terlibat langsung dalam pengelolaan objek wisata ini akan menerima bagian dari pendapatan yang diperoleh dari para pengunjung.
“Kalau akses masuk sudah dibangun, saya yakin tempat ini akan ramai didatangi pengunjung,” ucapnya.
Sebelum melakukan peninjauan langsung ke lokasi obyek wisata, Maria telah mempresentasikan gagasannya kepada Bupati Teluk Bintuni, Petrus Kasihiw. Inisiatif ini mendapatkan respons positif dan apresiasi.
“Pak Bupati bilang, silakan Masata kerjakan dulu programnya, nanti pemerintah daerah pasti akan memberikan dukungan,” ungkap Maria Horna.
Inisiatif Masata yang akan menjadi pelopor dalam pengembangan obyek wisata ini juga mendapat dukungan penuh dari masyarakat Sough yang tinggal di Kampung Botai.
Seperti yang diungkapkan Luter Sayori, pemilik wilayah hutan Botai, masyarakat sangat membutuhkan keterlibatan Masata sebagai mitra dalam mengembangkan obyek wisata di Botai.
Kawasan hutan Botai tidak hanya memiliki satu air terjun, melainkan ada tiga. Selain itu, terdapat juga gua yang belum dimanfaatkan sebagai objek wisata.
“Makanya kami sangat berterima kasih ketika Masata ambil bagian untuk bersama-sama kami masyarakat pemilik ulayat dalam mengelola potensi wisata alam ini,” beber Luter.
Luter menambahkan beberapa pihak telah melakukan survei di lokasi ini untuk pengembangan wisata, tetapi setelah kunjungan pertama, mereka tidak pernah kembali untuk melanjutkan programnya.
“Kami mencari mitra yang serius untuk mengurus potensi alam ini. Masyarakat juga sudah berkomitmen untuk memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi semua pengunjung jika kemudian tempat ini sudah ditata baik sebagai tempat wisata,” ujarnya. (LP5/Red)