BINTUNI, Linkpapua.com – Bupati Teluk Bintuni Petrus Kasihiw menyesalkan kebijakan Kepala Dinas Perhubungan Teluk Bintuni yang menghentikan operasional Angkutan Masyarakat Bintuni (AMB). Penghentian itu berimbas pada sulitnya masyarakat mendapatkan transportasi murah.
“Saya belum dapat laporan. Saya masih belum paham dan belum setuju dengan apa yang diumumkan itu. AMB dihentikan, saya tidak tahu apa maksudnya,” ketus Kasihiw, Rabu (26/1/2022) menanggapi beredarnya surat pemberitahuan mengenai dihentikannya operasional AMB. Surat ditandatangani oleh Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Teluk Bintuni per tanggal 25 Januari 2022.
Kasihiw mengatakan, kadis tak bisa mengambil keputusan sepihak seperti itu. Kebijakan harus lebih dahulu disampaikan kepada bupati.
“Segala keputusan yang berkaitan dengan pelayanan publik kendala pasti ada. Kalau itu dilaporkan pasti ada solusi. Akan dicari solusinya. Jangan asal dihentikan saja,” kata Kasihiw.
Angkutan Masyarakat Bintuni (AMB) merupakan sarana transportasi untuk masyarakat dan pelajar. AMB sudah dirasakan manfaatnya oleh warga
Karenanya Kasihiw merasa aneh kalau tiba-tiba dihentikan. Kepala dinas harusnya melapor. Tidak boleh mengambil keputusan sendiri.
“Kalaupun ada keputusan harus ada batas waktu, kapan mulai? Jangan dengan waktu yang tidak ditentukan. Jangan membuat publik panik itu tidak sesuai dengan semangat kita melayani masyarakat,” tandasnya.
Menurut Kasihiw, hambatan dan tantangan pasti ada. Tapi harus diberikan kepastian kepada publik kapan itu beroperasi supaya publik tidak mereka-reka.
“Kalau begini publik pasti akan bertanya ada apa? Kalau alasan menajemen, menajemen apa? Satu minggu kah, dua minggu kah jadi harus ada kepastian,” tutup Bupati.
Terpisah dihubungi lewat pesan WhatsApp, Kadis Perhubungan Victor E. Rerehena menyampaikan, surat ini ada pembenahan di pool AMB. Hari Senin kata dia, bus AMB akan kembi beroperasi seperti biasa.
Imbas dari berhentinya pelayanan bus AMB, salah seorang siswa SMA Madrasah Aliyah Baitul Amin SP 4, Vika terpaksa mengeluarkan biaya sebanyak Rp50 ribu per hari.
“Ini sudah dua hari saya tidak naik bus AMB. Dari hari Selasa (25/1) saya naik ojek bayar Rp20 ribu berangkat. Balik harus naik ojek lagi bayar Rl30 ribu. Jadi sehari ongkos pergi pulang sekolah Rp50 ribu,” kata pelajar yang tinggal di Komplek Nusantara Bintuni ini. (LP5/Red)