MANOKWARI, LinkPapua.com – Kepala Dinas Pendidikan Papua Barat, Abdul Fatah, menegaskan proses seleksi masuk SMA Taruna Kasuari Nusantara dilakukan secara ketat dan tidak bisa ditawar demi menjaga kualitas lulusan.
Penegasan ini disampaikan dalam hearing bersama DPR Papua Barat (DPRPB) yang digelar Rabu (28/5/2025), menyikapi polemik calon siswa yang tidak lolos seleksi.
Menurut Abdul Fatah, jika calon siswa yang sudah tidak lolos seleksi kembali diakomodasi, maka akan memunculkan persoalan baru. “Anak-anak yang tadinya ditolak karena tidak memenuhi persyaratan akan kembali menuntut. Mengapa mereka bisa, lalu kami tidak,” ujarnya.
Dia mengingatkan bahwa SMA Taruna Kasuari Nusantara adalah sekolah unggulan dengan sistem seleksi yang mengedepankan mutu. Sekolah ini, lanjutnya, dirancang untuk mencetak generasi unggul, khususnya dari Orang Asli Papua (OAP), yang mampu bersaing secara nasional, termasuk di Akmil dan Akpol.
Abdul Fatah menjelaskan, proses penerimaan siswa telah disepakati antara dinas dan pihak sekolah dengan proporsi 80 persen OAP dan 20 persen non-OAP. Tahun ini, jumlah pendaftar mencapai 506 orang, terdiri atas 290 OAP, 207 non-OAP, dan 9 dari jalur prestasi. Namun, hanya 112 siswa yang akan diterima.
“Dalam rekrutmen siswa, sudah disepakati 80:20. Dalam proses perekrutan, dinas selalu berkoordinasi dengan sekolah. Tahun ini, pendaftar mencapai 506 orang yang teridiri atas 290 calon siswa OAP, 207 non-OAP, dan jalur prestasi 9. Akan diakomodir sebanyak 112 siswa,” katanya.
Abdul Fatah juga mengungkapkan adanya tekanan dari sejumlah orang tua yang meminta anak mereka diluluskan meski tidak memenuhi syarat. Bahkan, ada kasus calon siswa yang tidak bisa membaca dan menulis.
Dalam kasus lain, lanjut dia, beberapa anak mengaku sengaja membuat masalah agar dikeluarkan dari sekolah karena tidak betah, lalu memprotes ke gubernur.
Dia menekankan, kualitas lulusan SMA Taruna Kasuari Nusantara akan terus dievaluasi. Dia bahkan menyebut ada masukan dari sejumlah pihak bahwa jika kualitas lulusan tidak menunjukkan kemajuan, lebih baik kembangkan sekolah lain.
“Lulusan pertama itu seleksinya sangat mudah sehingga hasilnya juga seperti itu. Jika semua anak-anak ini direkrut kembali, yakinlah pasti akan menimbulkan masalah,” tuturnya. (LP14/red)





