BINTUNI, Linkpapua.com- Tokoh di Kampung Idoor, Distrik Wamesa, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, menyampaikan curahan hari selama pelaksanaan program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-111 di wilayah mereka.
Mereka merasa tidak enak hati karena kondisi kampung yang gelap tanpa penerangan listrik selama pelaksanaan TMMD. Kondisi itu makin lengkap ketika pelaksana tugas Kepala Kampung Idoor dan Kepala Distrik Wamesa yang berkantor di sana, tidak pernah ada di tempat untuk diajak berkoordinasi mencari solusi.
Fakta ini diungkapkan Kuri Arumisore S.Si, pendeta di GKI Injili di Tanah Papua Klasis Teluk Bintuni Jemaat Bethel Idoor. Padahal, kalau kedua pejabat di tingkat kampung dan distrik itu ada di tempat, setidaknya bisa diajak berkomunikasi mencari jalan keluar atas persoalan yang terjadi di kampung.

“Kami mohon maaf kepada pihak TNI dan beberapa pejabat yang datang di kampung ini atas kendala yang membuat rasa tidak nyaman. Seperti tidak adanya listrik. Terus terang saya selaku pimpinan jemaat di sini juga merasa tidak nyaman. Tapi, kami mau mengeluh kepada siapa karena pelaksana tugas Kepala Kampung di Idoor tidak ada di tempat tugas, demikian pula ibu Kepala Distrik, tidak pernah ada di tempat tugas,” keluh Pendeta Kuri Arumisore S.Si, Sabtu (3/7/2021).

Kondisi itu menjadi tantangan buat dirinya selaku pimpinan jemaat di Idoor, selama pelaksanaan pembangunan yang dilakukan Satgas TMMD. Padahal, kata dia, kehadiran prajurit TNI AD ini dalam rangka membangun sarana dan prasarana demi kemajuan Kampung Idoor yang menjadi ibu kota Distrik Wamesa.

“Menurut saya, kalau mereka ada, segala hal yang mungkin perlu dikoordinasikan dengan TNI, pasti akan berjalan lancar. Saya selaku pimpinan gereja berharap perlunya Ibu Distrik dan pelaksana kampung Idoor harus ada di tempat supaya bisa berkomunikasi untuk kemajuan kampung ini,” bebernya.
“Sekali lagi kepada rekan-rekan TNI, baik yang ada di pusat, di provinsi, khususnya kepada Pak Dandim dan seluruh anggota yang terlibat dalam Satgas TMMD yang ada di Idoor, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini,” tambahnya.
Dia mengungkapkan, kabel jaringan listrik yang terhubung ke rumah-rumah penduduk, sejatinya sudah terpasang. Namun, menurut pengakuan sejumlah warga, listrik penerangan di kampung ini baru menyala ketika Kepala Distrik dan Kepala Kampung ada di tempat.
“Kalau mereka tidak ada di tempat, genset itu juga tidak nyala,” kata Yoel Idorway, Ketua RT 02 Kampung Idoor.
Keterangan ini juga diakui Imelda Kawab, tokoh perempuan di Kampung Idoor. Menurutnya, tidak adanya dua aparat di kampung itu membuat penduduk seperti menikmati sendiri kesengsaraan hidupnya.
“Mereka seperti menikmati hujan emas di negeri orang, sementara kami yang merasakan hujan batu di negeri sendiri,” tukas Imelda Kawab.
Satgas TMMD ke-111 sendiri selama melaksanakan kegiatan di Kampung Idoor, membawa mesin genset sendiri dari Bintuni. Selain sebagai penerangan di posko, genset ini juga difungsikan untuk melakukan pekerjaan pembangunan 8 unit rumah tipe 36 untuk penduduk Idoor. (LP5/red)






