MANOKWARI, linkpapua.com – Tragedi bunuh diri Ratna Said masih menyisakan cerita miris. Pasalnya, Ratna nekat mengakhiri hidupnya setelah menenggelamkan dua anaknya di laut.
Warga menuturkan detik detik peristiwa itu. Menurut warga, awalnya tubuh Ratna ditemukan tergantung di sebuh pohon dengan leher terlilit tali nilon.
Berselang beberapa jam, anaknya yang berumur 3 tahun bernama Ahmad Sandi ditemukan terombang ambing di tepi laut dekat pantai BLK. Sandi ditemukan sekitar empat jam setelah ibu dan kakaknya ditemukan tewas.

Berselang beberapa menit saat rombongan warga menyusuri pantai di balik pagar pembatas BLK, seorang warga menunjuk sendal jepit merah yang berada di sisi pagar dengan posisi bagian telapak saling berhadapan.
“Ini sendal mama Ona, saya kenal sio kasihan kok sendal rapi sekali ditinggalkan di sini” sambung perempuan yang merupakan tetangga korban, sambil memotret dan meminta jangan ada yang menyentuh sembari menunggu polisi.

Sesampai di depan tempat parkiran motor, sekitar 200 meter dari lokasi penemuan mayat, terdengar suara teriakan warga lainnya. Warga teriak ada seorang bocah yang terapung di pantai. Sontak rombongan warga berlarian mendekati tubuh bocah itu.
Tubuh bocah itu terapung di atas air. Tertelungkup. Sesekali tubuhnya dimainkan gelombang kecil sehingga wajahnya terbalik menghadap ke langit.
Suara histeris dari para ibu-ibu mulai pecah menyaksikan anak tidak berdosa itu terapung dalam keadaan tidak bernyawa. Wajah mungil dan sekujur tubuhnya tampak kaku.
Berselang beberapa menit, seorang pria berambut gondrong bersama dengan kerabatnya bergegas menuju kerumunan warga. Ia dengan sigap langsung menyambar tubuh bocah itu dan mengevakuasinya ke darat.
Bocah Sandi kemudian diserahkan ke pria lain yang mengenakan seragam loreng, di tangannya memboyong Sandi sembari berlarian menuju tempat parkiran. Bocah itu terus mengeluarkan busa dari mulutnya.
Di parkiran mobil sudah menanti. Ia segera dievakuasi menuju Rumah Sakit dr Al Azhar milik TNI AL yang berada tidak jauh dari BLK.
Saat mobil yang mengangkut jasad Sandi sudah berada di rumah sakit, baru muncul mobil bertuliskan INAFIS. Polisi tiba di lokasi. Warga yang berada di lokasi sontak meluapkan emosinya ke aparat yang baru tiba.
Bocah itu kemudian sempat diperiksa secara medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Fasharkan TNI AL. Namun dinyatakan sudah meninggal. Sesaat kemudian diantar mobil jenazah ke kamar mayat, bergabung dengan kakaknya, Putri Fadila dengan ibunya.
Belakangan, Jafri Musa suami korban mengaku, dia berada di Marampa Sowi saat peristiwa terjadi. Ia mengaku di rumah kerabatnya.
Jafri mengetahui kabar duka itu dari dari Haji, sang pemilik rumah yang ia tumpangi, saat ditelpon tetangga rumahnya
“Kabar duka ini saya dengar dari Haji di rumah, dia ditelpon sama tetangga bukan ke saya,” tutur Jafri, Rabu (23/2/2022).
Kata Jafri, istrinya memang sering mengancam bunuh diri kalau mereka cekcok.
“Tapi saya anggap biasa saja karena sejak di Ternate begitu. Makanya saat istri saya telpon mengancam bunuh diri dan bunuh anak-anak, saya anggap itu humor, tapi tidak disangka-sangka dia benar-benar nekat,” kata Jafri Musa di Polsek Sanggeng.
Jafri mengaku meninggalkan rumah dua hari sebelum kejadian. Ia pergi karena diusir istrinya.
“Dia usir saya dari pagi sampai malam, karena setiap hari marah-marah torang bosan to, tong pusing. Karena tidak biasanya begitu ya, karena mungkin ya saya keluar dari rumah cuma menghindar saja,” tutur Jafri yang dikerumuni wartawan.
Jafri pun mengaku, istrinya tidak punya kebiasaan nekat dalam mengambil sebuah tindakan. Meski ia menyebut kebiasaan mengancam bunuh diri sudah sejak mereka berumah tangga.
“Saya pernah pergi kasih tinggal rumah sebulan, tapi tidak apa-apa, jadi saya anggap itu bertengkar biasa,” tuturnya.
Jafri mengaku menyesal, mengapa kedua anaknya turut jadi korban.
“Kalau menyesal saya tetap menyesal, cuma agak kecewa juga, kenapa anak dua juga dia bawah. Anak ada salah apa begitu,” ucapnya. (LP2/red)






