MANOKWARI, Linkpapua.com – BSIP membutuhkan 66,52 ton benih padi untuk memenuhi kebutuhan benih pada 5.396,30 hektar lahan di Papua Barat. Dengan langkah ini, lahan tidur bisa kembali produktif.
Kepala BSIP Papua Barat Aser Rouw mengatakan, target program perluasan areal tanam nasional seluas 1.140.206 hektar tadah hujan dengan dukungan pompa. Sementara yang terealisasikan sampai hari ini seluas 1.034.305 hektar.
“Di Papua Barat mendapat target 560 hektar dan telah terealisasikan 1.087 hektar. Sementara total luasan lahan di Papua Barat 5.396,30 hektar dan lahan yang aktif 2.661 hektar sehingga membutuhkan benih sebesar 66,52 ton,” ujar Aser Rouw Rabu (11/9/2024).
Untuk memenuhi kebutuhan benih padi tersebut, BSIP Papua Barat melakukan produksi benih sebanyak 28 ton di Oransbari seluas 9 hektar dan Sp 8 Distrik Masni seluas setengah hektar.
“Untuk 28 ton ini sekali panen, sementara kita bisa produksi sampai 2 kali panen sehingga diperoleh 56 ton. Untuk 28 ton panen pertama akan disalurkan di Kabupaten Fakfak,” kata Aser Rouw.
Lebih lanjut, benih padi yang diproduksi adalah jenis padi Inpari IR Nutri Zinc. Di mana padi jenis ini memiliki kandungan Zinc yang tinggi dan cocok ditanam di tanah yang masam.
Atas dasar inilah produksi benih 28 ton tersebut disalurkan di lahan sawah Kabupaten Fakfak di mana jenis tanah di Fakfak adalah tanah masam.
“Produksi benih ini akan kami kembangkan terus sehingga harapannya bisa memenuhi total kebutuhan benih di Papua Barat,” paparnya.
“Hari ini adalah panen perdana untuk lahan sawah tadah hujan dengan dukungan pompa di sp 8 Distrik Masni. Seluas setengah hektar lahan sawah yang kami jaga dan kelola betul sehingga memenuhi standarisasi benih yang layak digunakan. Untuk lahan di oransbari akan memasuki masa panen di bulan November mendatang,” tambahnya.
Keadaan lahan sawah di sp 8 Distrik Masni sendiri banyak lahan sawah yang tidak fungsional dikarenakan susahnya akses air.
“Kami dari BSIP dibantu dengan kelompok tani Flopaja mandiri, penyuluh pertanian dari distrik Masni dan mahasiswa MBKM Polbangtan Manokwari mengolah lahan ini sehingga bisa fungsi kembali,” terang Aser Rouw.
Selanjutnya dirinya mengatakan bahwa tantangan pertanian di distrik Masni sangat kompleks. Mulai dari membangunkan kembali lahan sawah yang lama tidur, juga membutuhkan biaya yang banyak. Selain itu, kondisi tanah yang masam di mana tidak semua jenis tanaman bisa tumbuh dengan baik.
“Menumbuhkan semangat masyarakat sekitar untuk bertani juga membutuhkan tantangan. Dimana masyarakat lebih memilih beralih profesi menjadi pendulang emas dibandingkan dengan bertani,” tutur Aser Rouw.
Dari program Pelaksanaan Area Tanam (PAT) ini harapannya juga memotivasi kembali semangat masyarakat untuk bertani dan mengolah kembali lahan pertanian mereka yang sudah lama tertidur.
“Memang membutuhkan waktu yang lama untuk mengaktifkan keseluruhan lahan pertanian di sini. Tetapi kita membangunkan semangat masyarakat di sini untuk memulai bertani. Minimal hasilnya untuk mereka makan sendiri dibandingkan harus membeli beras” Imbuhnya.(LP14/Red)