JAKARTA, LinkPapua.com – Wilayah Papua bagian selatan diperkirakan mulai memasuki musim kemarau pada Mei 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di wilayah tersebut untuk mewaspadai potensi kekeringan, mengingat kondisi cuaca yang cenderung lebih kering dari biasanya.
Fenomena La Nina yang sebelumnya memicu peningkatan curah hujan di Indonesia telah bertransisi ke fase netral pada Maret 2025. Peralihan ini menandai awal musim kemarau di Indonesia yang dimulai secara bertahap sejak April.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan bahwa musim kemarau 2025 secara umum berada dalam kondisi iklim normal. Namun, sebagian wilayah termasuk Papua bagian selatan diperkirakan mengalami musim kemarau dengan sifat bawah normal, artinya lebih kering dari rata-rata klimatologisnya.
“Jadi, utamanya adalah karena tidak adanya dominasi iklim global seperti El Nino, La Nina, dan IOD sehingga prediksi kami iklim tahun ini normal dan tidak sekering tahun 2023 yang berdampak pada banyak kebakaran hutan dan musim kemarau tahun 2025 cenderung mirip dengan kondisi musim kemarau tahun 2024,” ujar Ardhasena dalam keterangannya, Jumat (25/4/2025).
BMKG mencatat, sekitar 14% zona musim (ZOM) di Indonesia diprediksi mengalami kondisi kemarau lebih kering. Wilayah tersebut mencakup Sumatera Utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, serta Papua bagian selatan.
Musim kemarau akan mencapai puncaknya pada Juni hingga Agustus di sebagian besar wilayah Indonesia. Papua bagian selatan menjadi salah satu wilayah yang memasuki musim kemarau lebih awal dibandingkan bagian tengah dan timur Papua, yang baru diprediksi mengalaminya pada Agustus 2025.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengimbau sektor pertanian dan kebencanaan di wilayah rawan kekeringan, termasuk Papua selatan, untuk mulai bersiap. Penyesuaian jadwal tanam, pemilihan varietas tahan kekeringan, dan pengelolaan air harus dioptimalkan agar tidak terdampak signifikan.
Menurutnya, untuk daerah yang mengalami musim kemarau lebih kering dari normal, seperti Papua bagian selatan, perlu kewaspadaan lebih terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan.
Secara keseluruhan, musim kemarau 2025 diperkirakan berlangsung lebih pendek di sebagian besar wilayah Indonesia, tetapi dengan variasi durasi yang cukup signifikan. Durasi terpendek terjadi di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan (sekitar dua bulan), sedangkan durasi terpanjang mencapai delapan bulan di sebagian wilayah Sulawesi.
BMKG juga memprediksi sekitar 26% wilayah akan mengalami musim kemarau dengan sifat atas normal atau lebih basah, termasuk sebagian Papua bagian tengah, yang masih berpotensi menerima curah hujan lebih tinggi dari biasanya. (*/red)




