MANOKWARI, LinkPapua.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat mencatat ekspor Papua Barat pada Agustus 2023 turun 7,24 persen dibanding Juli 2023, dari USD265,85 juta menjadi USD246,59 juta.
“Sementara, jika dibanding Agustus 2022, ekspor turun 8,08 persen. Penurunan ekspor Agustus 2023 dibanding Juli 2023 disebabkan turunnya ekspor migas dan nonmigas,” demikian dikutip dari berita resmi BPS Papua Barat, Senin (2/10/2023).
Bahan bakar mineral (HS27) merupakan golongan barang yang memiliki nilai ekspor terbesar di Papua Barat pada Agustus 2023, yaitu USD244,49 juta atau 99,15 persen dari total ekspor Papua Barat.
Jika dibandingkan Juli 2023, nilai tersebut mengalami penurunan USD14,05 juta (5,44 persen), sebelumnya mencapai USD258,55 juta.
Tiga komoditas ekspor Papua Barat terbesar berikutnya berasal dari golongan garam, belerang, kapur (HS25) sebesar USD1,07 juta (0,44 persen); ikan dan udang (HS03) USD0,64 juta (0,26 persen); serta kayu barang dari kayu (HS44) USD0,22 juta (0,09 persen).
Pada Agustus 2023, Cina merupakan negara tujuan ekspor Papua Barat terbesar dengan
nilai ekspor USDUS$ 109,65 juta dengan kontribusi 44,46 persen. Tiga negara
tujuan ekspor Papua Barat terbesar berikutnya adalah Jepang, Korea Selatan, dan Papua
Nugini dengan nilai ekspor masing-masing adalah USD83,90 juta, USD51,15 juta,
dan USD0,81 juta, dengan kontribusi ketiga negara tersebut sebesar 55,10 persen.
Penurunan nilai ekspor terbesar terjadi pada ekspor ke Meksiko, dengan nilai perubahan
sebesar USD11,24 juta (turun 100,00 persen), sedangkan peningkatan ekspor terbesar terjadi pada ekspor ke Papua Nugini, dengan nilai perubahan USD0,81 juta (100,00 persen).
Menurut pelabuhan muat barang, ekspor Papua Barat pada Agustus 2023 melalui 7 pelabuhan laut dan 3 pelabuhan udara. Ekspor terbesar Papua Barat berasal dari pelabuhan laut Teluk Bintuni dengan nilai ekspor USD244,49 juta atau 99,15 persen dari total nilai ekspor Papua Barat.
Disusul pelabuhan laut Manokwari USD1,07 juta (0,44 persen), pelabuhan laut Tanjung Perak USD0,41 juta (0,17 persen), pelabuhan laut Sorong USD0,20 juta (0,08 persen), pelabuhan laut Tanjung Priok USD0,12 juta (0,05 persen), pelabuhan udara DEO Sorong USD0,11 juta (0,05 persen), pelabuhan laut Blang Lancang USD0,10 juta (0,04 persen), pelabuhan laut Fakfak USD0,08 juta (0,03 persen), pelabuhan udara Soekarno-Hatta USD0,0001 juta (0,0001 persen); dan pelabuhan udara Ngurah Rai USD7,92 (0,000003 persen).
Neraca perdagangan Papua Barat pada Agustus 2023 mengalami surplus USD246,59 juta. Jika dilihat dari volume neraca perdagangan Papua Barat juga mengalami surplus 472,85 ribu ton. Surplus neraca perdagangan Papua Barat tersebut baik dari sisi nilai dan volume terjadi karena nilai dan volume impor lebih kecil dari ekspor. (LP3/Red)