MANOKWARI, Linkpapua.com – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Manokwari merilis peringatan dini cuaca akibat kemunculan bibit siklon tropis 94W di Pasifik Barat sebelah Utara Papua, selama sepekan. Kondisi ini diprediksi bisa memicu munculnya badai hebat.
Siklon tropis atau disebut juga topan (badai) merupakan badai melingkar yang intens. Dalam kasus yang ekstrem, siklon tropis dapat mengakibatkan hembusan angin melampaui batas 320 Km/jam.
Di mana permukaan laut dapat mencapai tinggi enam meter di atas permukaan normal. Fenomena itu yang menyebabkan bencana di NTT dan NTB.
“Kepada masyarakat, pemerintah harus siaga karena muncul bibit siklon tropis disebelah Utara Papua. Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pembentukan awan hujan disekitar sirkulasi siklonik yang harus diwaspadai dampaknya. Ini berpotensi menyebabkan tinggi gelombang laut mencapai empat meter,” kata Kepala BMKG Manokwari Daniel Tandi, Selasa (13/4/2021).
Ditemui di ruang kerjanya, Tandi menjelaskan, bahwa siklon tropis diprediksi akan terus terbentuk hingga Senin 19 April mendatang. Untuk itu, selama sepekan ini, masyarakat yang bermukim disekitar daerah pesisir pantai diminta untuk selalu waspada.
Pemerintah pun diimbau untuk siaga dan sigap terhadap kemungkinan terjadinya bencana.
“Bukan hanya daerah pesisir pantai yang patut waspada, tetapi juga wilayah dataran tinggi karena siklon tropis mengakibatkan cuaca buruk berupa hujan lebat dan angin kencang. Jadi seluruh wilayah ini harus waspada,” kata Tandi.
Tandi menerangkan, bahwa berdasarkan pantauan citra Satelit Himawari-8 kanal infra merah, menunjukkan pertumbuhan awan konvektif di sekitar sistem dalam enam jam terakhir. Namun demikian, model skala global menunjukkan bibit siklon tropis masih akan berada dalam kategori sedang dalam 24 jam kedepan.
“Dari citra satelit juga terpantau siklon tropis akan berpropagasi kearah Barat Laut seiring dengan peningkatan intensitasnya. Dan meski masih dalam kategori sedang, masyarakat harus tetap waspada,” kata Tandi.
Perlu diketahui, bahwa bencana akibat dampak siklon tropis telah 10 kali terjadi di Indonesia. Kejadian terbaru disebut dengan siklon tropis seroja yang mengakibatkan bencana alam parah di wilayah NTT, NTB dan sekitarnya.
Bencana banjir dan tanah longsor itu mengakibatkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, dan puluhan lainnya meninggal dunia.
Papua Barat Rawan Bencana
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua Barat juga telah mengeluarkan peringatan dini di daerah itu beberapa waktu lalu. BPBD meminta warga mewaspadai cuaca ekstrem yang bisa memicu banjir dan longsor.
“Warga agar dapat mengantisipasi cuaca buruk yang akhir-akhir ini sering terjadi. Apalagi Papua Barat termasuk daerah yang rawan banjir dan tanah longsor,” terang Kepala BPBD Papua Barat Derek Ampnir pekan lalu.
Menurut Derek, sudah ada keputusan gubernur tentang siaga bencana. Ini perlu diikuti oleh pemerintah kabupaten/kota untuk siaga di daerah masing-masing.
Ia juga mengingatkan masyarakat agar memperhatikan kondisi cuaca. Khusus Manokwari yang masuk dalam wilayah rawan banjir dan longsor diharapkan ada antisipasi lebih awal pada titik titik rawan.
Derek mengatakan selain mitigasi bencana, masyarakat juga harus aktif dalam upaya pencegahan. Salah satunya dengan menjaga kondisi lingkungan dan tidak membuang sampah di sembarang tempat.
“Kalau parit bersih maka air mengalir tidak ada penghalang sampai ke laut. Masyarakat yang melakukan perjalanan darat juga hati-hati longsor,” katanya.
BPBD sendiri kata Derek, sudah melakukan berbagai persiapan dan kesiapsiagaan. Namun tetap dibutuhkan kerja sama semua lapisan untuk mengantisipasi dampak dari cuaca ekstrem itu.
“Papua Barat telah membentuk tim reaksi cepat bencana. Termasuk mempersiapkan relawan,” imbuh Derek. (LP7/red)