25.9 C
Manokwari
Senin, Juni 23, 2025
25.9 C
Manokwari
More

    Prioritas 3 Program, Pertamina Proyeksikan Ekonomi Hijau Berkelanjutan

    Published on

    JAKARTA, Linkpapua.com – Impor energi Indonesia masih tinggi, padahal terdapat banyak potensi sumber daya dalam negeri yang tak tereksplorasi. Untuk itu PT Pertamina (Persero) terus memprioritaskan berbagai program transisi energi menuju energi terbarukan.

    Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan untuk mengatasi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit) akibat masih tingginya impor energi. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya domestik besar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi.

    “Untuk menjembatani kondisi tersebut, Pertamina telah memiliki 3 (tiga) program prioritas sebagai bagian dari implementasi transisi energi sekaligus ekonomi hijau,” terang Nicke.

    Baca juga:  Komnas HAM Sesalkan Insiden Penembakan Jajarannya di Bintuni, Minta Pendekatan Tanpa Kekerasan

    Yang pertama, jelas Nicke, program penurunan impor BBM jenis Solar, melalui implementasi Biodiesel B20 sejak sejak tahun 2016 dan dilanjutkan dengan B30 pada 2019.

    “Dengan program ini, Pertamina telah berhasil mengurangi impor solar secara signifikan. Bahkan mulai April 2019, Pertamina sudah tidak lagi mengimpor BBM jenis solar,” jelasnya.

    Program kedua, kata Nicke, untuk pengurangan ketergantungan pada impor LPG, Pertamina menjalankan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang akan menggantikan penggunaan LPG di dalam negeri.

    “Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan batu bara terbesar berpeluang baik untuk melakukan gasifikasi batu bara menjadi DME. Kami yakin dengan pengembangan DME ini dapat mencapai target pemerintah untuk bebas impor LPG pada tahun 2027,” paparnya.

    Baca juga:  Target WTP ke-15, Irjen Kemenkumham Serukan Tindak Lanjuti Hasil Pemeriksaan BPK

    Nicke melanjutkan, program ketiga yaitu penurunan impor BBM jenis Gasoline, Pertamina akan mencampur Methanol dan Ethanol dengan Gasoline. Methanol dapat diproduksi dari natural gas ataupun gasifikasi batu bara, dan Ethanol pun dapat diproduksi dari gasifikasi batu bara ataupun sumber bio-etanol lainnya.

    Untuk menjamin keberlangsungan dari lini bisnis yang ada dan mengatasi isu lingkungan dari gasifikasi batu bara ini, tambah Nicke, secara bersamaan Pertamina juga menerapkan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk menekan emisi karbon dan sebagai bagian dari upaya Enhance Oil and Gas Recovery di sumur-sumur Pertamina untuk meningkatkan produksi migas negara.

    Baca juga:  Amerika Serikat Larang Warganya Kunjungi Papua, Dinilai Rawan Konflik-Penculikan

    Untuk hal ini, Pertamina juga menjajaki potensi kerja sama dengan Exxonmobil dan sedang melakukan kerja sama study CO2 injection di lapangan eksplorasi Gundih dan di lapangan eksplorasi Sukowati berkolaborasi dengan beberapa partner lainnya.

    “Melalui pemanfaatan carbon capture yang terintegrasi dengan proyek DME, Pertamina yakin dapat menekan emisi karbon hingga 45%,” pungkasnya. (LP2/red)

    Latest articles

    Ketua Komisi III: Polri Berhasil Aktualisasi Peran Pelayanan Masyarakat

    0
    ­JAKARTA, Linkpapua.com- Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, menilai bahwa gerakan reformasi Polri yang semakin maksimal di era kepemimpinan Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo...

    More like this

    Komisi VII DPR Dorong BSPJI Ambon Bantu IKM Papua Naik Kelas

    AMBON, LinkPapua.com - Komisi VII DPR RI mendorong Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri...

    Panitia Kongres Persatuan PWI 2025 Resmi Dibentuk, SK Ditandatangani di Dewan Pers

    JAKARTA, LinkPapua.com - Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kongres Bandung, Hendry Ch Bangun,...

    Prabowo Umumkan Kenaikan Gaji Hakim hingga 280 Persen, Sebut Sudah 18 Tahun Tak Naik

    JAKARTA, LinkPapua.com – Presiden Prabowo Subianto mengumumkan kenaikan gaji bagi para hakim hingga 280...