JAKARTA, LinkPapua.com – Industri hulu migas nasional mendapatkan momentum dalam rangka mendukung keberlanjutan penyediaan energi nasional.
Penandatanganan perjanjian jual beli antara PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang bekerja sama Petronas yang mengakuisisi 35 persen Participating Interest (PI) milik Shell Upstream Overseas Services Ltd. (SUOS) di Blok Masela.
PHE mengambil alih 20 persen PI dan Petronas 15 persen PI dari Shell. Masuknya Pertamina dan Petronas diharapkan dapat mengakselerasi proyek Blok Masela yang berjalan lambat sejak disetujuinya Revisi Pertama POD Masela pada 2019 lalu.
Penandatanganan perjanjian jual beli kepemilikan Blok Masela dilakukan, Selasa (25/72023), oleh Direktur Utama PHE Wiko Migantoro, Authorized Representative Petronas Masela Sdn. Bhd. (PMSB), Datuk Adif Zulkifli, dan Director Finance for Acquisition Divestment and NBD Asia Pacific Shell, Kuo Tong Soo.
Penandatanganan disaksikan Menteri ESDM, Arifin Tasrif, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, dan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan penandatanganan pengambil alihan PI Blok Masela, mengingat peran strategis dari Blok Masela dalam industri hulu migas nasional yang menjadi salah satu tulang punggung dalam meningkatkan produksi minyak dan gas nasional untuk mendukung keberlanjutan pembangunan dan tumbuhnya industri nasional pengguna gas di tanah air.
“Blok Abadi Masela memiliki cadangan gas yang luar biasa, saat ini adalah yang terbesar di Indonesia. Dari lapangan ini akan diproduksi 9.5 million metric tonnes per annum (MMTPA) LNG, 150 million standard cubic feet per day (MMSCFD) gas pipa, dan 35,000 barrel/day kondensat sehingga menjadi tulang punggung bagi peningkatan produksi migas nasional untuk mencapai target 2030 yang telah ditetapkan yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD),” kata Dwi di Jakarta.
Dwi menambahkan multiplier effect dari proyek abadi Masela juga akan dirasakan pemerintah dan masyarakat daerah, antara lain PI 10 persen untuk pemerintah daerah serta pembangunan kilang secara onshore akan turut mendukung menciptakan lapangan kerja dan berkontribusi pada perekonomian di daerah serta meningkatkan ekonomi masyarakat sekitarnya.
“Setelah penandatanganan revisi POD di tahun 2019, dukungan, optimisme dan harapan positif dari berbagai pemangku kepentingan terhadap industri hulu migas bermunculan, namun seiring waktu dengan rencana hengkangnya Shell maka maka optimisme tersebut kembali meredup. Masuknya Pertamina dan Petronas ke blok Abadi Masela akan membangkitkan kembali optimisme tersebut sekaligus menjadi momentum bagi industri hulu migas nasional,” ujar Dwi.
Dwi mengharapkan dukungan dari pemerintah dan para pemangku kepentingan agar masuknya Pertamina dan Petronas menjadi momentum untuk melakukan akselerasi proyek Abadi Masela sehingga dapat mengejar keterlambatan yang ada.
“Momentum ini akan didukung penuh oleh SKK Migas dengan melakukan best effort agar proyek Masela dapat berlari kencang mengejar ketertinggalan yang telah terjadi sebelumnya,” ucapnya.
Lebih lanjut Dwi menyampaikan masuknya Pertamina sebagai national oil company (NOC) dan Petronas sebagai salah satu perusahaan migas kelas dunia (world class company) menunjukkan bahwa potensi dan daya saing investasi hulu migas di Indonesia masih menarik dan mampu bersaing secara global.
Pada 2023 ini komitmen investasi hulu migas mencapai USD15,5 miliar atau meningkat 28 persen dibandingkan realisasi investasi pada 2022. Masuknya Pertamina dan Petronas tentunya dapat mendorong peningkatan investasi di tahun ini maupun tahun-tahun yang akan datang. (*/Red)