RAJA AMPAT, LinkPapua.com – Yayasan Kitong Bisa memaparkan hasil penelitian mengenai pemetaan sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Penelitian ini adalah upaya untuk mengangkat harkat sosial ekonomi sekaligus menjaga keberlangsungan lingkungan.
Penelitian berlangsung selama dua hari. Tak hanya mengangkat isu ekonomi sosial, penelitian ini juga bermuara pada pemberdayaan generasi muda.
Project Manager Yayasan Kitong Bisa, Ichwan, mengatakan kegiatan penelitian meliputi pemetaan sosial ekonomi masyarakat di Raja Ampat. Penelitian dipaparkan dalam focus group discussion (FGD) dengan melibatkan berbagai pihak.
“Kita ingin fokus untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Raja Ampat. Seperti halnya tadi sudah berdiskusi dengan beberapa lembaga, baik dari pihak pemerintah seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata, Bappeda, Perikanan, Dinas Kesehatan, Koperasi UMKM. Kita tinjau semua perspektif, ” kata Ichwan, Jumat (8/12/2023).
Ichwan mengatakan pemetaan sosial ekonomi penting untuk mengukur bagaimana perbandingan kondisi masyarakat di kampung dan di kota. Terutama dalam mengelola hasil-hasil sumber daya alam yang dimiliki.
“Dari parameter itu kita bisa lihat apakah ada ketimpangan mencolok antara kampung dan kota. Jika ada maka solusinya juga harus ada. Jangan sampai sumber daya alam hanya dinikmati masyarakat perkotaan,” jelasnya.
Selanjutnya, menurut Ichwan, pengelolaan sumber daya alam tidak melulu hanya untuk kepentingan sosial ekonomi, tetapi juga lingkungan.
Artinya, kata dia, bagaimana pengelolaan itu juga tetap memperhatikan keselamatan alam.
“Dampaknya terhadap lingkungan itu penting. Jadi, bukan hanya soal bagaimana menjalankan bisnis, tapi juga bicara bagaimana cara kita bisnis dan tetap menjaga lingkungan,” paparnya.
Di samping mendengar saran pendapat serta masukan dari pemerintah dan lembaga masyarakat, Yayasan Kitong Bisa juga menggali informasi mengenai tokoh adat dan tokoh agama dalam mendukung pembangunan daerah. Ternyata, jelas Ichwan, di Raja Ampat, pemerintah, tokoh adat, dan agama saling bersinergi. Mereka memiliki keterikatan yang cukup intim.
Interaksi kolektif ini menjadi modal dalam membangun ekonomi Raja Ampat.
“Setelah data semua ada maka mencoba menganalisa dulu hasil temuan kita. Dari situ kita akan mulai merancang beberapa kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat. Itu pun harus kita merancang program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat apa masalahnya. Kita sudah mendengarkan cerita tersebut, jadi mudah dalam membuat suatu program-program yang cocok dan bisa membantu mengembangkan masyarakat di Raja Ampat,” urainya.
Ichwan berharap melalui FGD pihaknya bisa mengetahui kondisi sebenarnya dari kebutuhan dan masalah yang dihadapi masyarakat Raja Ampat. Selain itu, anak-anak pemuda perempuan bahkan orang tua dari sini bisa diidentifikasi kebutuhan mereka.
“Kita tahu kebutuhannya apa sehingga kita bisa mampu menyiapkan program-program pemberdayaan yang bisa membantu mereka untuk meningkatkan kesejahteraan. Tujuannya agar hidup mereka bisa jadi lebih baik lagi,” tuturnya. (*/Red)