MANOKWARI, Linkpapua.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat melalui Dinas Kehutanan (Dishut) berkomitmen memperjuangkan status para penyuluh kehutanan sampai ke tingkat pusat. Peran mereka dinilai sangat penting dalam menjaga alam Bumi Kasuari.
“Saat ini kita sedang berkoordinasi dengan kementerian di pusat agar mengupayakan status para penyuluh ini terutama jabatan fungsional bisa disahkan. Dengan begitu, ada tunjangan jabatan yang akan membantu mereka terutama operasional di lapangan,” kata Kepala Dinas Kehutanan Papua Barat, Runaweri F.H., saat menutup bimbingan teknis (bimtek) bagi penyuluh hutan di Kabupaten Manokwari, Minggu sore (26/6/2022).
Di luar soal kepastian status, Runaweri berharap bimtek ini memberikan banyak pengetahuan baru kepada para penyuluh. Dengan begitu, mereka dapat memberi pemahaman yang baik kepada masyarakat.
Tugas penyuluh kehutanan di lapangan, kata Runaweri, melakukan rehabilitasi hutan juga penanaman yang dibagikan di setiap distrik. Selain itu, juga berkaitan dengan memantau terjadi kebakaran hutan. “Jadi, ketika mereka lewat kemudian terjadi kerusakan hutan, mereka tinggal laporkan ke polisi kehutanan,” tuturnya.
“Kita juga tugaskan mereka ke lapangan seperti melakukan perjalanan dinas sehingga selain melaporkan secara umum terkait kerusakan, kebakaran hutan bencana alam, juga mereka laporkan kepada Pimpinan secara internal,” Imbuhnya.
Soal kebencanaan di lapangan, terutama berkaitan dengan hutan, Dinas Kehutanan bersama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua Barat dan Polda Papua Barat merupakan satu tim.
“Jadi ketika ada permasalahan di lapangan kita diskusi dan kita kemudian eksekusi” tuturnya.
Sementara, salah satu penyuluh kehutanan dari Kabupaten Teluk Wondama, Ratno Timur, yang mengikuti bimtek ini mengaku pihaknya melakukan berbagai langkah dalam penanganan lingkungan. Salah satunya penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya banjir dan kebakaran hutan.
“Salah satu yang kami lakukan adalah penanaman tanaman bambu di daerah aliran sungai (DAS),” kata Ratno.
Menurutnya, tanaman bambu memiliki kegunaan yang cukup banyak, salah satunya secara spesifik ketika ditanam di DAS, kegunaannya menahan longsor.
“Mana bila terjadi banjir, dia mampu menahan aliran air. Jadi, kami telah menanam bambu di beberapa DAS besar yang berpotensi ketika terjadi hujan deras atau kenaikan volume air kali,” ucapnya.
Di samping itu pihaknya juga terus melakukan komunikasi dengan BPBD Teluk Wondama, baik pascabencana maupun saat bencana.
“Kami berharap ke depan dalam kegiatan bimbingan teknis kami juga diberikan pemahaman bagaimana melakukan pendampingan kepada kelompok tani hutan. Hal ini agar ke depan mereka bisa berperan dalam masyarakat demi mencegah bahaya kebakaran hutan maupun bencana banjir dan longsor,” kata dia.
Teluk Wondama hanya memiliki lima penyuluh kehutanan dengan lingkup kerja berada pada distrik yang ada di dataran tanah besar, seperti Wasior, Wondiboy, dan Rasiei. Sementara, di Teluk Wondama terdapat 13 distrik dan 76 kampung. (LP2/Red)