29 C
Manokwari
Senin, April 29, 2024
29 C
Manokwari
More

    Migas, “Harta Karun” Tanah Papua: Menjamin Kemakmuran Rakyat?

    Published on

    Seorang peneliti pada akhir 1960-an mengungkap adanya “harta karun” di perut bumi Papua. Ia menulis, harta karun berupa kandungan migas itu akan mengalami eksplorasi besar-besaran dalam 4 dasawarsa ke depan.

    “Migas Papua akan menjadi buruan banyak korporasi. Tanah ini akan menghasilkan kekayaan tak ternilai,” tulisnya dalam buku berjudul “Bumi dan Hamparan Surga Nusantara”.

    Buku yang rilis pertengahan 1971 itu juga mengulas sebuah temuan manuskrip kuno di ujung Papua. Ia menggambarkan migas bukan satu-satunya kekayaan alam yang terpendam di sana. Dalam catatan kaki, ia juga mengilustrasikan, harta karun Papua akan menghidupi beberapa generasi.

    Namun, ia sangsi, bisakah eksplorasi migas Papua menjawab masa depan Indonesia? Akankah ini tak sekadar menjadi buruan profit korporasi?

    Apa yang dituliskannya berbuah kenyataan. Setelah reformasi, eksplorasi migas di tanah Papua mulai ditangkap pemerintah. Dalam satu dekade terakhir, migas di Papua Barat disulap menjadi pundi-pundi baru.

    Dahulu Ditentang

    Secara profit, industri migas telah memberi sumbangsih besar. Di Teluk Bintuni, Tangguh LNG dahulu sempat ditentang. Sebab, dianggap hanya menjadi ladang bagi korporasi. Namun, LNG membuktikan mereka membawa misi keberpihakan pada rakyat. Terutama pada orang asli Papua (OAP).

    LNG membuka ruang bagi OAP. Terutama angkatan kerja produktif. Hanya, mereka menghadapi kendala keterbatasan skill. Angkatan kerja produktif OAP dominan tak memiliki standar keahlian yang memadai. Mereka hanya bisa diserap pada bagian non-skill.

    “Ini tantangan pertama yang dihadapi Tangguh LNG dulu. Anak-anak kita hanya diserap jadi pekerja kasar. Karena mereka tak punya keahlian,” ujar Bupati Teluk Bintuni, Petrus Kasihiw.

    Seiring waktu, pekerja non-skill ini tergeser. Industri tak lagi membutuhkannya. Kala itu ratusan anak-anak OAP terpaksa diberhentikan dari Tangguh LNG. Karena mereka hanya bisa jadi pekerja “serabutan”.

    Akhirnya, lewat kolaborasi antara pemerintah daerah dengan Tangguh LNG dibuat sebuah terobosan. Lahirlah Petrotekno. Petrotekno adalah sebuah wadah pelatihan yang menampung anak-anak OAP.

    Petrotekno menjadi sekolah bagi angkatan kerja di sektor migas. Di sana mereka dibekali berbagai keahlian agar bisa terserap dalam industri.

    Di Petrotekno, para peserta digembleng oleh tenaga-tenaga terlatih dari P2TIM. Tak hanya dibekali skill teknis, tetapi juga bahasa, attitude hingga perubahan pola pikir.

    Hingga kini Petrotekno telah meluluskan ribuan anak Papua. Mereka tak hanya terserap pada industri Tangguh LNG Bintuni. Beberapa alumninya mampu menembus perusahaan migas di luar Papua Barat. Bahkan hingga ke Brunei Darussalam.

    “Petrotekno Bintuni mayoritas anak-anak Papua, 70 persen di antaranya bahkan merupakan putra asli Bintuni. Ini sebuah terobosan konkret,” ujar Kasihiw.

    Kata Kasihiw, dalam 5 tahun ke depan, Petrotekno bakal mencetak lebih banyak tenaga kerja dengan standar skill. Mereka dipersiapkan mengisi Train 3 yang baru saja memulai pengoperasiannya.

    Ronald Heribertus Mandesi, salah seorang lulusan Petrotekno menuturkan, dulu ia hanya pekerja serabutan. Berjualan keliling. Bahkan sering nyambi menjadi pekerja bangunan.

    Baca juga:  PPM di Kampung Arar, SKK Migas Bantu Perkenalkan Kuliner Khas Rasa Papua

    Ia sempat direkrut LNG. Tetapi hanya bertahan beberapa bulan. Karena tak punya keahlian, ia sulit bersaing. Ia hanya ditempatkan pada divisi non-skill. Akhirnya ia memilih keluar dan kembali bekerja serabutan.

    “Saya hampir merantau ke Jakarta. Tapi karena orang tua tak setuju. Akhirnya saya kerja apa saja,” kenang anak pesisir dari Kampung Wimbro, Distrik Aroba ini.

    Beberapa bulan berselang, ia ditawari masuk Petrotekno.

    “Saya ragu awalnya karena saya pikir cuma pelatihan saja di sana. Nanti habis itu nganggur lagi,” ucapnya.

    Sampai kemudian seorang kerabatnya datang dan memintanya untuk menerima tawaran itu. Karena tak punya pilihan, ia akhirnya menurut saja. Ia masuk sebagai angkatan pertama di Petrotekno.

    “Setelah masuk saya baru tahu ternyata di dalam kami benar benar diberi bekal skill. 4 bulan, saya jadi tahu bagaimana bekerja di perusahaan migas. Di sana kami juga diajari pengetahuan umum. Bahkan sampai bahasa. Banyak pengetahuan yang saya serap di sana,” ujarnya.

    Lulus dari Petrotekno ia langsung direkrut salah satu perusahaan scaffolding, yaitu TMJO Scaffolding. Kata Ronald, awalnya ia hanya asistent scaffolding. Karena dedikasinya pada perusahaan, ia kini menduduki posisi Foreman Scaffolding.

    “Saya bersyukur, setelah bekerja di sana bisa menjadi tulang punggung keluarga. Saya juga bisa menyekolahkan adik-adik saya,” tuturnya.

    Dari kisah ini, ada dua sisi yang menjadi pretensi positif dengan hadirnya industri migas di tanah Papua. Pertama, dari perspektif sosial. Industri migas telah banyak mengubah strata masyarakat. Masyarakat lokal kini lebih terbuka dengan perubahan. Pola pikir ke arah modernisasi sosial mulai mereka tangkap menjadi kultur baru.

    Perspektif kedua, dari sisi ekonomi. OAP yang dulu termarginalisasi, kini mendapatkan hak hak untuk hidup layak. Anak-anak usia produktif terserap ke dalam industri dan mengangkat harkat ekonomi keluarganya.

    OAP Jangan Jadi Figuran

    Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam satu kesempatan mengatakan, industri migas adalah ruang baru bagi anak-anak Papua. Kata Kepala Negara, hadirnya industri harus ditangkap sebagai peluang kompetitif. Artinya, anak anak Papua tak boleh lagi sekadar jadi pekerja ‘figuran’. Tetapi menjadi subjek pada divisi-divisi vital.

    Jokowi juga mengungkapkan, industri migas sejauh ini mampu mengubah kultur permisif. Sekaligus menggairahkan ekonomi rakyat. Jokowi memuji kehadiran industri migas di Papua Barat. Korporasi dipandang telah memberi kontribusi di hampir semua sisi kehidupan rakyat.

    “Sudah jadi semangat di awal kehadiran industri migas bahwa eksplorasi yang kita lakukan mesti menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat Papua. Dan sekarang kita sedang ke arah sana,” terang Jokowi.

    Bupati Teluk Bintuni, Petrus Kasihiw, juga mengaku merasakan eksistensi industri migas selama ini. Kehadirannya telah banyak mengubah kehidupan masyarakat Papua Barat.

    Baca juga:  Jamin Operasi Hulu Migas, SKK Migas Harapkan Kolaborasi Kodam Kasuari

    Hanya, dibutuhkan dukungan pemerintah daerah untuk mengoptimalisasi keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan industri migas. Dukungan itu berupa regulasi, peningkatan SDM hingga perubahan cara pandang masyarakat dalam menangkap peluang-peluang bernilai sosial ekonomi.

    Salah satunya yang tengah dikembangkan adalah upaya memajukan kawasan industri Onar di Distrik Sumuri, Teluk Bintuni. Pembangunan kawasan industri ini menjadi peluang baru untuk menyerap tenaga kerja lokal.

    Berdasarkan data, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Teluk Bintuni, menyiapkan lahan 50 hektare lahan untuk proyek strategis nasional yang melibatkan hilirisasi gas alam cair (LNG) ini. Kawasan industri Onar terletak di luar kawasan hutan. Kawasan industri ini memiliki orientasi ekonomi yang sangat progresif di masa depan.

    “Ini akan menjadi salah satu proyek strategis nasional yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat lokal. Di mana dengan konsep hilirisasi yang digalakkan pemerintah akan turut mendongkrak objek objek ekonomi daerah,” ujar Kasihiw.

    Karena itu, Kasihiw berharap masyarakat lebih terbuka dengan investasi di sektor ini. Sebab dengan masuknya investasi akan memberi efek konkret pada ekonomi marginal.

    Ia mengakui bahwa pola pikir yang tertinggal dari sebagian kelompok masyarakat masih menjadi faktor lambatnya pergerakan investasi. Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat mulai meninggalkan pola pikir konvensional.

    “Perlahan lahan kita ubah cara pandang warga. Akhirnya iklim investasi di Papua Barat sekarang lebih terbuka,” jelasnya.

    Diakui atau tidak, investasi sektor migas memang telah memberi andil dalam menggerakkan ekonomi masyarakat. Bahkan ekonomi kecil juga ikut terdampak. Di sektor sosial, masyarakat mengalami banyak perubahan cara pandang. Di mana mereka yang berada di usia produktif, lebih terbuka untuk bekerja di industri.

    Salah satu dukungan Pemkab Teluk Bintuni adalah dengan mendirikan pusat pelatihan tenaga kerja industri migas semi-skill. Pusat pelatihan ini melibatkan 14 angkatan.

    Selanjutnya, pemerintah dan investor juga terikat komitmen untuk memprioritaskan tenaga kerja lokal. Kata Kasihiw, jelas ini menunjukkan manfaat dari investasi di kawasan industri.

    “Semua langkah itu bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan memajukan kawasan industri Onar sebagai potensi besar bagi masa depan Teluk Bintuni,” ujarnya.

    Tuan Rumah di Negeri Sendiri

    Untuk bisa menjadi pekerja andal di industri migas, harus ditopang oleh skill, profesionalitas dan attitude. Selama ini, skill masih menjadi kendala utama minimnya masyarakat lokal yang terserap ke industri di divisi vital. Tetapi kondisi ini telah disiasati pemerintah daerah dengan menghadirkan pelatihan skill secara berkelanjutan.

    Ratusan anak Papua telah berhasil dididik dalam wadah itu. Dan mereka mampu terserap oleh industri. Tak hanya di Papua Barat, bahkan ada yang telah menembus dunia kerja di luar provinsi dan mancanegara.

    Apalagi, eksplorasi migas di Papua Barat masih terus dilakukan. Data pada Agustus lalu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan ada tiga dari 57 target pengeboran sumur eksplorasi 2023 berada di wilayah Provinsi Papua Barat Daya. Target pengeboran ini diestimasi meningkat dari realisasi 2022 yang hanya 42 sumur.

    Baca juga:  SKK Migas Terus Dorong Perkembangan Proyek LNG Abadi

    Disebutkan, SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT Petrogas (Basin) Ltd sementara melakukan tajak sumur eksplorasi Riam-1 di Walio Barat, Kabupaten Sorong. Kegiatan eksplorasi Riam-1 sudah dimulai sejak 21 Juli 2023.

    Sumur eksplorasi dibor secara berarah (directional) menggunakan PBL Rig 3 (750 HP) dengan kedalaman akhir sumur 4.250 ftMD. Eksplorasi Riam-1 bermaksud untuk menguji sekaligus mengevaluasi potensi kandungan migas yang terdapat pada Formasi Kais.

    SKK Migas menyatakan, eksplorasi hanya bisa dilakukan jika mendapat dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Karena itu dibutuhkan kolaborasi.

    Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara menjelaskan, SKK Migas dengan KKKS terus mengoptimalkan program pengeboran sumur eksplorasi di kawasan timur Indonesia. Di sana merupakan potensi migas terbesar saat ini.

    Ke depan, kawasan Sorong juga diproyeksi sebagai penghasil migas strategis. Daerah itu akan menjadi tulang punggung produksi migas nasional. Potensi tersebut seiring upaya pemerintah mendorong hilirisasi hulu migas.

    Dengan semua orientasi ini, tampak jelas bahwa industri migas bisa membawa rakyat Tanah Papua pada kemakmuran yang dicita-citakan. Kuncinya satu, pemerintah harus terus mendorong lahirnya generasi dari anak anak Papua dengan skill mumpuni. Agar mereka bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menyampaikan investor sektor migas Papua memiliki orientasi pemberdayaan yang berpihak pada masyarakat lokal. Sejak beberapa tahun lalu, pekerja lokal mendapatkan ruang untuk terjun di industri. Mereka diserap lewat berbagai pendekatan.

    Kata Arifin, target untuk mewujudkan 85% pekerja lokal di industri Tangguh LNG Bintuni akan dicapai pada 2029 mendatang. Tetapi ini bukan tanpa hambatan.

    Ada fase penting yang harus dilalui. Yakni perubahan pola pikir. Lalu, mendorong peningkatan skill anak-anak lokal. Dan terakhir, dukungan pemerintah daerah.

    “Ini semua harus kita lalui jika target 85% mau dicapai pada 2029. Tidak mudah. Tetapi bisa dengan kerja keras,” ujarnya.

    Menurut Arifin, orientasi anak Papua juga tidak boleh berhenti di situ.

    “Harus ada yang punya orientasi jadi ahli di bidang migas. Yang pada gilirannya akan menjadi pemikir untuk masa depan Tanah Papua,” harapnya.

    Nah, bisakah anak-anak Papua sampai di fase ini kelak? Benarkah kehadiran industri migas tak sekadar jadi perburuan profit korporasi?

    Anak Papua-lah yang akan menjawabnya. Mereka yang akan menentukan, bahwa ‘harta karun’ di perut bumi Papua benar-benar bisa menghadirkan kemakmuran konkret. Bukan apologi semu. (Chatrina Pakonglean)

    Latest articles

    Dinas PUPR Evaluasi Progres Proyek DAK di Papua Barat Daya

    0
    SORONG, Linkpapua.com– Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Papua Barat Daya tengah mengevaluasi progres proyek jalan yang dianggarkan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Dinas...

    More like this

    Mengenal Dianawaty Teknisi Perempuan di Tangguh LNG: Pejuang Gender

    JAKARTA,linkpapua.com- Dianawaty, Completion Engineer di Tangguh LNG adalah satu dari segelintir perempuan yang menggeluti...

    SKK Migas Terus Dorong Perkembangan Proyek LNG Abadi

    BOGOR, linkpapua.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi...

    Jokowi: Train 3 Hadir, Tangguh LNG Bakal Produksi Gas 11,4 Juta Ton per Tahun

    TELUK BINTUNI, linkpapua.com– Presiden Joko Widodo meresmikan proyek Tangguh Train 3 di Kabupaten Teluk...