MANOKWARI, Linkpapua.com- Di Provinsi Papua Barat, berderet kampus yang hadir untuk pelayanan sektor pendidikan. Hal itu menandakan kualitas pendidikan tumbuh dan memberi efek positif di daerah. Kehadiran universitas atau sekolah tinggi juga sebagai pertanda di daerah tersebut memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) memadai.
Di Papua Barat, tepatnya di Kabupaten Manokwari, salah satu kampus yang memiliki kualitas jempolan adalah Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Caritas Papua. Kampus ini awalnya bernama STIH Caritas Bintuni, tetapi seiring berjalannya waktu, manajemen melebarkan sayapnya dan mencakup satu provinsi.
Nama STIH Caritas Papua ada sejak 2001 silam. Kampus hukum ini berdiri di bawah naungan Yayasan Caritas Bintuni, berdasarkan Akta Notaris (Priyo Handoko, S.H.) Nomor 32 Tanggal 30 Juli 2001.
Pendiri yayasan adalah orang-orang mentereng di tanah Papua, seperti: Drs
Romanus Ogiara, Roberth Kurniawan Ruslak Hammar, S.H., M.H., dan Theodorus Lamaurin Herin Marius Supriyanto Sakmaf, S.H.
Perjalanan STIH Caritas Papua mendidik anak bangsa tentu memiliki tantangan besar. Akan tetapi, dengan kompetensi yang dimiliki oleh manajemen, mereka mampu bertahan, bahkan terus maju dan bersaing dengan kampus-kampus lainnya.
Pada 2002, Yayasan Caritas Bintuni mengusulkan dua perguruan Tinggi saat itu, STIH Bintuni dan STIE (Ekonomi) Mah Eisa. Dengan segala kerepotan manajemen untuk melengkapi pemberkasan, akhirnya terbit pada Juli 2002. Kampus ini lalu mulai beroperasi 18 Agustus 2002. Dalam momentum kemerdekaan Indonesia, jadi hari ulang tahun STIH Caritas Papua.
Ketua STIH Caritas Papua, Dr. Roberth K.R. Hammar, menyampaikan bahwa pada 2007, STIH Caritas Papua melakukan pergantian nama yayasan. Itu karena ada aturan baru tentang Undang-Undang Badan Hukum sehingga nama Yayasan Caritas berubah jadi Yayasan Caritas Manokwari. Selain nama yayasan yang berubah, nama kampus ikut berubah atas kebijakan pemerintah.
“Untuk akselerasi kualitas, maka sejak 2019 kita mengajukan perubahan nama dan tempat sehingga pada 30 Desember 2020 keluarlah keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. No 1197/M/2020 tentang izin perubahan nama. Sejak 1 Januari 2021 STIH Bintuni berubah nama, menjadi STIH CARITAS PAPUA dan hombase-nya di Manokwari,” kata Dr. Robert dalam satu kesempatan.
STIH Caritas Papua bukan sembarang sekolah hukum. Di dalamnya hadir dosen-dosen terbaik di tanah Papua. Terdapat 14 tenaga pendidik ber NIDN ( Nomor Induk Dosen Nasional), 4 Dosen NIDK (Nomor Induk Doses Khusus) yang siap memberi pengetahuan mumpuni. Lalu, dari 18 Dosen tersebut terdiri dari dua Guru Besar 4 Doktor dan 12 oranh Magister.
Kini Yayasan mengkaderkan 18 Dosen yg kuliah S2 dan 4 orang S3 di UNPATTI AMBON. Sehingga bulan oktober 2021, Dosen NIDN berjumlah 30 orang dan NIDK 4 orang. Total 34 orang, belum termasuk Dosen tamu dari berbagai instansi dan kampus terkemuka di Indonesia.
Sebagai dedikasi terhadap tenaga pendidikannya sekaligus peningkatan pengetahuan, STIH Caritas Papua bahkan menyekolahkan beberapa dosennya di bidang akuntansi dan manajemen.
Dr. Roberth juga membeberkan, langkah perubahan hanya sebatas perubahan nama menjadi STIH Caritas Papua, sebab saat ini tengah dalam persiapan untuk menjadi institut., bahkan Universitas
“Itu hanya mengubah nama, sebab kita saat ini sedang persiapan untuk menjadi institut,” ucapnya.
Nantinya, nama STIH Caritas Papua juga akan hilang dan melebur menjadi Fakultas Hukum di Universitas Lodewijk Mandatjan.
“Jadi sebelum dia menjadi Fakultas Hukum, kita ubah namanya terlebih dulu sehingga bisa eksis di ibu kota Provinsi Papua Barat ini,” kata Dr. Roberth.
STIH Caritas Papua memiliki visi menjadi perguruan tinggi yang unggul di tanah Papua pada 2025, terutama dalam bidang agraria adat. Selain itu, membantu pemerintah dalam pengembangan hukum agraria adat utamanya yang berlaku di tanah Papua.
Saat ini, STIH Caritas Papua membuka program pendidikan (Prodi) Ilmu Hukum, Manajemen Bisnis, Akuntansi, Bisnis Digital, Ekonomi Pertanian, Ekonomi Sumber daya Kelautan menuju Universitas Lodewijk Mandatjan.
Sebagai pengembangan, STIH juga banyak bekerja sama dengan kampus luar daerah, bahkan internasional. Tiap pekannya bersama 15 kampus lainnya di Indonesia mengikuti seminar secara daring, dengan pemateri dari luar negeri. Hal itu dilakukan untuk mendorong kualitas tenaga dosen.
Fokus STIH Caritas Papua saat ini, mengembangkan jurusan Hukum Agraria, Bukan hanya itu, juga sudah dibuka program kekhususan hukum pidana, hukum bisnis, dan hukum kenegaraan.
Bagaimana dengan kerja sama luar kampus di Manokwari? STIH Caritas Papua memiliki Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKHB), Termasuk sudah menangani banyak perkara. Bekerja masa pula dengan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Pengadilan Agama, Pemerintah dan telah menghasilkan banyak penelitian Masyarakat Hukum Adat, Naskah Akademik dlm rangka pembentukan Perdasi dan Perdasus.
STIH Caritas Papua juga banyak mendampingi kasus dan pembinaan terhadap anak, perempuan, dan laki-laki dewasa untuk bagaimana mendapatkan hak-haknya.
Untuk kegiatan kurikulum, kampus merdeka dan merdeka belajar, STIH Caritas Papua sudah melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) tematik selama enam bulan di kampung-kampung. Mahasiswanya fokus pada perencanaan dan pertanggungjawaban keuangan desa, sebagian mahasiswa juga praktik di kantor notaris di Manokwari. Termasuk 15 mahasiswa yang praktik di Biro Hukum Pabar, dan Bagian Hukum Sekretariat Daerah Teluk Bintuni.
Sebagai kampus hukum, STIH Caritas Papua sudah bekerja sama dengan Kongres Advokat Indonesia (KAI).
Di tengah pandemi Covid-19, aktivitas belajar daring atau online berjalan optimal. Bahkan, kampus ini sudah mempersiapkan kuliah daring sejak oktober 2019, saat virus Corona belum mewabah.
“Kuliah daring sekarang sudah biasa karena sejatinya sudah dipersiapkan sejak 2019,” ucap Dr. Roberth. (Chatrine Pakonglean)