LinkPapua.com – Peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh perkembangan serta kemajuan tingkat literasi dan pendidikannya. Dalam dinamika sejarah dunia peran ilmu pengetahuan formal sebagai tingkatan lanjutan dari ilmu pengetahuan informal atau tradisional senantiasa menjadi salah satu faktor penentu yang signifikan.
Bangsa- bangsa Eropa pada kenyataannya telah berada pada tingkatan penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan yang cukup tinggi, dengan kata lain memiliki peradaban yang lebih maju sampai dengan sekitar abad ke-13 sampai dengan abad ke-15 Masehi.
Salah satu bukti sahih peradaban tersebut adalah petualangan antar benua melalui laut oleh tokoh- tokoh seperti Marco Polo pelaut Italia yang berlayar sampai ke Tiongkok, Christoper Colombus juga dari Italia yang dipercaya menjadi pelaut yang menemukan Benua Amerika, Bartolomeus Dias, pelaut Portugis yang pertama kali mengelilingi ujung selatan Benua Afrika, Vasco Da Gama juga dari Portugis yang berlayar sampai India, dan banyak navigator- navigator laut Eropa yang ulung lainnya pada sekitar zaman tersebut.
Pelayaran menuju “dunia baru”, suatu istilah yang popular di negara- negara benua Biru mulai abad ke- 13 Masehi menjadi etalase yang secara tidak kasat mata tersamar dalam suatu gerakan pencarian sumber- sumber daya alam di negara- negara dunia ke tiga yaitu benua Amerika, Asia, dan Afrika.
Di samping itu, ada semacam persaingan gengsi antar negara- negara besar di Eropa yang berujung pada penguasaan daerah- daerah koloni baru di ketiga benua tersebut di atas. Persaingan ini juga membuka jalur- jalur perdagangan internasional, doktrinasi ideologi (baik budaya, bahasa, dan agama), dan pergeseran- pergeseran dalam segala perikehidupan orang pribumi di negara dunia ke tiga (jajahan) yang menjadi warisan di banyak negara bekas jajahan sampai dengan hari ini.
Salah satu warisan penjajahan yang sangat terasa di banyak negara dunia ketiga adalah literasi (kemampuan mengolah dan memahami informasi dari proses membaca dan menulis).
Di Indonesia, sekalipun penjajahan oleh Portugis, Spanyol, Belanda, Prancis, Inggris, dan Jepang telah mengubah banyak aspek dalam perikehidupan bangsa secara negatif, namun di sisi lain tetap berperan penting dalam kesadaran dan kemampuan setiap generasi tentang pentingnya literasi.
Kesadaran ini menjadi titik tolak yang fundamental bagi para tokoh pendiri bangsa Indonesia seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Prof. Dr. Mr. Soepomo, dan Prof. Muhammad Yamin, S.H, adalah para pahlawan yang meneruskan perjuangan para pahlawan perang kemerdekaan seperti Jenderal Soedirman, Pengeran Diponegoro, Tjoet Nyak Dien, Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, dan Pattimura, dan lain- lain yang sebelumnya berjuang secara fisik melawan penjajah.
Ir. Soekarno dan kawan-kawan menyadari bahwa perjuangan mewujudkan kemerdekaan tidak hanya dapat dilakukan dengan perlawanan bertaruh nyawa di medan perang, namun juga harus diperkuat dengan perjuangan diplomasi di meja perundingan.
Dengan demikian, Indonesia sebagai suatu ide negara yang berasal dari banyak kerajaan dan suku atas dasar serta latar belakang kedekatan wilayah, kemiripan budaya, dan kesamaan nasib sebagai objek penjajahan pada akhirnya menjadi tali pengikat yang ampuh dalam perjuangan menuju kemerdekaan.
Para tokoh pendiri negara juga mewariskan pemahaman bahwa literasi dan penguasaan ilmu pengetahuan sebagai faktor yang sangat penting dalam upaya meraih dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dengan kata lain, pendidikan, yang diawali oleh proses meniru, kemudian pada akhirnya menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan adalah fondasi terbaik bagi peradaban sebuah bangsa.
Adapun perkembangan negara Indonesia setelah momen kemerdekaan pada tahun 1945 berada dalam keadaan yang sangat dinamis dari masa ke masa. Perseteruan dan dinamika politik, ideologi, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi menjadi catatan- catatan penting yang membentuk generasi baru untuk menjadi generasi yang lebih sadar dan termotivasi meraih pendidikan yang tinggi, karena dengan pendidikan yang tinggi diharapkan dapat tercipta perkembangan dan kemajuan peradaban suatu negara.
Perkembangan dan kemajuan peradaban membuat sebuah negara memiliki daya saing dan daya tawar yang tinggi dalam pergaulan internasional dengan tujuan menjadi negara yang kuat dan stabil dalam segala aspek kehidupan bernegara.
Papua, terkhusus Papua Barat, sebagai bagian integral dari negara Indonesia sampai dengan hari ini masih terus berkutat dan berjuang dengan isu literasi dan pendidikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi masalah- masalah literasi dan pendidikan di Papua Barat seperti tingkat kemiskinan yang masih tinggi, kebijakan pemerintah yang belum dapat diterapkan dengan maksimal secara berjenjang dan belum sampai ke lapisan masyarakat yang benar- benar membutuhkan, tingkat pendidikan yang secara umum masih rendah, minimnya infrastruktur, dan masih rendahnya tingkat kesehatan penduduk.
Kerumitan masalah- masalah tersebut di atas tentunya harus dapat diurai dengan baik dan berkesinambungan oleh pemerintah sebagai pihak yang mengemban tugas dan kepercayaan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perikehidupan warga negara.
Tentunya dibutuhkan juga peran serta aktif masyarakat yang dapat diinisiasi oleh para tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, dan terutama tokoh pendidikan. Kesinambungan kerjasama antar pemangku kepentingan dapat memberikan perubahan secara perlahan namun terus menerus menuju perbaikan, perubahan, dan kemajuan literasi dan pendidikan di Papua Barat.
Papua Barat memiliki potensi yang luar biasa dalam upaya pengembangan literasi, pendidikan, dan peradaban. Cadangan sumber daya alam yang masih sangat besar jumlahnya, dana otonomi khusus yang setiap tahun dikelola pemerintah setempat, aspek- aspek kearifan lokal atas dasar budaya dan tradisi yang masih kuat, peran keagamaan yang baik, jumlah penduduk yang masih jauh lebih sedikit dari ruang hidup yang masih luas, dan tentunya para pemimpin utama di jajaran pemerintahan yang mayoritas adalah putra-putri asli Papua sehingga sangat berpotensi menjadi penggerak-penggerak utama perubahan dan kemajuan literasi, pendidikan, serta peradaban di Papua Barat secara khusus dan di Indonesia secara umum.
Literasi menjadi titik awal terbaik menuju penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diperoleh melalui pendidikan formal. Maka dengan pendidikan formal yang tinggi niscaya setahap demi setahap dapat tercipta peradaban yang berkembang, maju, dengan tidak kehilangan identitas budaya Papua Barat sebagai kebanggaan sehingga dapat bersaing dan kokoh dalam kemajuan zaman. Sekian.
Oleh: Leon Agusta, SS, M. Eng. Lit.
(Dosen Fakultas Sasta dan Budaya Universitas Papua)