PEGAF, LinkPapua.com – Kebiasaan menikah pada usia muda jadi salah satu perhatian Penjabat (Pj) Gubernur Papua Barat, Paulus Waterpauw, saat kunjungan ke Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf), Rabu (7/6/2023). Ia meminta pemerintah maupun masyarakat untuk serius menangani hal ini.
“Menikah itu penting untuk kualitas air susu ibu (ASI) yang baik saat usia 24-25 tahun dari segi kesehatan. Jika masih berada di SMA, apalagi di SMP, hal ini harus diubah,” ujarnya saat berada di Puskesmas Anggi, Pegaf.
Waterpauw menegaskan bahwa menikah muda akan berdampak pada berbagai aspek, termasuk potensi stunting pada anak yang jadi atensi pemerintah saat ini. “Saya imbau orang tua semua tolong hentikan kawin muda karena itu bagian banyak hal pengaruhi kehidupan,” katanya.
Jika perencanaan keluarga tidak dilakukan dengan tepat, kata dia, maka akan berdampak pada pendampingan dan pemenuhan gizi anak. Ia juga mengingatkan kesehatan kandungan perempuan akan sangat rentan dan pertumbuhan anak tidak akan sesuai harapan.
Waterpauw juga menekankan pentingnya sering mengunjungi puskesmas untuk memeriksa kondisi ibu dan anak. Ia menyebut belajar dari tenaga medis dan menerima masukan mereka adalah langkah yang penting dalam menjaga kesehatan.
Pj Ketua TP PKK Papua Barat, Roma Megawanti Pasaribu Waterpauw, mengatakan pentingnya saling mengingatkan antara orang tua dan anak mengenai bahaya menikah pada usia muda.
Ia menekankan pada era modern dengan kemajuan teknologi, interaksi yang lancar dengan dunia luar dapat meningkatkan wawasan terutama dalam hal gizi anak.
Megawanti juga mengingatkan orang tua untuk memperhatikan kualitas gizi dan pemenuhan gizi anak. Ia menyarankan untuk menghindari kebiasaan jajan berlebihan agar nafsu makan anak tetap terjaga.
“Masalah pernikahan dini jadi consern kita bersama. Saling mengingatkan, sekarang segala sesuatu itu mungkin. Adik-adik remaja kalau mau tahu apa yang terjadi di luar, tinggal lihat di handphone,” ujarnya.
Bupati Pegaf, Yosias Saroy, juga mengakui kebiasaan menikah pada usia muda masih ada di daerahnya. Kondisi ini menyebabkan beberapa orang merasa malu untuk datang ke puskesmas karena usia mereka yang masih muda. Hal serupa juga terjadi pada proses persalinan yang masih banyak ditangani secara tradisional.
“Bapa Pj (Gubernur) lihat usia muda, tapi sudah ibu-ibu karena kita punya budaya di sini ada yang kawin muda. Ada yang SMP belum tamat atau SMA. Mereka malu, ada yang timbang dan melahirkan di puskesmas, ada yang tidak,” ungkapnya. (LP9/Red)