Manokwari- Kepala Dinas Tanaman Pangan holtikultura Provinsi Papua Barat, Yacob Fonataba menyebutkan bahwa pengembangan komoditas kopi arabika arfak belum bisa dilakukan dalam skala besar.
“Untuk kopi arabika Arfak kita sudah dimulai kembangkan sejak beberapa tahun lalu. Kita pilih jenis kopi arabika karena itu sangat cocok dengan karakteristik wilayah pegunungan,” kata Fonataba, Rabu (14/10)
“Kita belum bisa melakukan pengembangan dalam skala besar, mengingat sebagian besar wilayah Pegunungan Arfak adalah kawasan konservasi. Kalau dipaksakan takutnya dapat mengganggu keseimbangan alam,” katanya lagi.
Untuk itu pengembangan tanaman kopi di daerah tersebut saat ini difokuskan pada lahan-lahan tidur yang belum dimanfaatkan.
Pada tahun 2019 lalu pemerintah pusat dan provinsi telah mengadakan belasan ribu bibit kopi arabika untuk Pegunungan Arfak. Bibit tanaman itu ditanam di sejumlah titik seperti Distrik Menyambow, Tahota, Anggi serta Distrik Anggi Gida.
“Kita tidak berani membuka lahan dan menjadikanya perkebunan kopi berskala besar, karena pertimbangan itu. Pegunungan Arfak adalah penyangga bagi Manokwari dan Manokwari Selatan,” ucapnya menambahkan.
Pertimbangan lain, katanya, sumber daya petani di Pegunungan Arfak dinilai belum siap. Meskipun tanam kopi sudah ada di daerah itu namun masyarakat belum memiliki keterampilan memadai untuk merapat tanaman kopi hingga masa panen.
“Tanaman kopi itu kan membutuhkan perawatan secara intensif. Pelan-pelan kita akan persiapkan masyarakat,” ucapnya lagi.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah menerbitkan sertifikat indikasi geografis (IG) untuk kopi arabika Arfak di Kabupaten Pegunungan Arfak. Sertifikat itu diserahkan sebagai kado ulang tahun ulang tahun Provinsi Papua Barat yang digelar di Manokwari pada Senin (12/10).
Yacob menambahkan bahwa pemerintah pusat maupun provinsi akan terus mendorong pengembangan kopi arabika Arfak dengan mempertimbangkan kondisi alam dan SDM di daerah itud
“Tahun ini pun pemerintah pusat kembali mengalokasikan anggaran. Kita bekerja sama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian untuk mengawal program pengembangan kopi di Pegunungan Arfak,” pungkasnya. (LPB1/red)