MANOKWARI, Linkpapua.com-Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat Lasarus Ullo membeberkan dampak nyata dari peralihan APBD Papua Barat ke Papua Barat Daya pascapemekaran. Ia mengatakan, kebijakan peralihan ini membuat program Rumah Inovasi gagal terealisasi.
“Karena adanya pengurangan anggaran pada Dinas Ketahanan Pangan, kami gagal membangun Rumah Inovasi 2023. Padahal kami berencana membangun empat rumah inovasi di empat daerah,” terang Lasarus, Senin (20/3/2023).
Empat daerah yang menjadi target pembangunan Rumah Inovasi yakni Kabupaten Fakfak, Kaimana, Manokwari Selatan dan Pegunungan Arfak. Dia menjelaskan komoditi unggulan di Kabupaten Fakfak yakni labu dan pisang. Di Manokwari Selatan seperti kakao, pisang, keladi, singkong dan ubi.
Sementara di Pegunungan Arfak yakni nanas dan markisa. Sementar di Kaimana unggulan mereka yakni salak.
“Karena keterbatasan anggaran sehingga pada tahun ini paling kita hanya belanja bibit sayuran. Karena untuk membantu satu rumah inovasi menghabiskan anggaran sekitar Rp1 miliar, ” paparnya.
Saat ini kata Lasarus, tiga rumah inovasi sudah berjalan. Yakni Raja Ampat, Kaimana dan Manokwari. Tiga lokus ini telah dibangun dan sementara beroperasi.
Lasarus menggambarkan, olahan di Manokwari cukup menjanjikan karena semua jenis bisa diolah. Sementara di Kaimana mengolah salak menjadi sirup dan sementara di Raja Ampat mengolah buah naga dan direncanakan akan mengolah abon ikan.
Adapun pemasarannya kata dia, sementara masih di sekitar Papua Barat. Produk ini belum dipasok keluar daerah karena masih adanya beberapa kendala. (LP9/Red)