MANOKWARI, Linkpapua.com– Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat menyebutkan Provinsi Papua Barat mengalami inflasi 4,78 persen secara tahunan yoy pada Maret 2024 atau lebih tinggi dari Februari 2024 yaitu 3,61 persen (yoy). Angka tersebut merupakan yang tertinggi.
“Inflasi Maret 2024 juga lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Inflasi ini juga merupakan yang tertinggi. Sedangkan Papua Barat Daya yang terendah 1.42 persen,”ungkap kepala BPS Papua Barat Merry di Manokwari.
Inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok makanan minum dan tembakau 11,10 persen (yoy) dengan andil 3,70 persen, kelompok transportasi 4,75 persen (yoy) dengan andil 0,59 persen, dan kelompok restoran 3,82 persen dengan andil 0,23 persen.
Selain itu, terdapat lima komoditas penyumbang utama inflasi Maret 2024 yaitu beras (1,25 persen), tarif angkutan udara (0,54 persen), ikan cakalang (0,46 persen), ikan tuna (0,34 persen), dan ikan ekor kuning (0,32 persen).
Sedangkan lima komoditas yang menyumbang deflasi tahunan meliputi cabai rawit (0,16 persen), tahu mentah (0,08 persen), cumi-cumi (0,06 persen), minyak goreng (0,06 persen), dan tempe (0,04 persen).
“Tingkat inflasi bulanan Papua Barat pada Maret 2024 tercatat 0,50 persen (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan Februari 2024 yang 0,13 persen (mtm), tetapi berbanding terbalik bila dibandingkan Maret 2023 yang mengalami deflasi,”tambahnya.
Berdasarkan pengeluaran, inflasi Papua Barat terjadi karena peningkatan indeks harga dari sembilan kelompok dengan dua kelompok memberikan andil terbesar.
Dua kelompok pengeluaran yang dimaksud ialah kelompok makanan minuman dan tembakau 1,12 persen (mtm) dengan andil inflasi 0,39 persen, kemudian kelompok transportasi 0,87 persen (mtm) dengan andil inflasi 0,11 persen.(LP3/Red)