MANOKWARI, Linkpapua.com – Bupati Manokwari Hermus Indou meminta agar semua pihak menghindari segala bentuk gesekan rasisme di media sosial. Menurutnya, rasisme sangat rentan merusak stabilitas keamanan di masyarakat.
“Karena itu hindari hal-hal negatif seperti pencemaran nama suku dan lain-lain. Mari kita sama-sama menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban antarsuku, agama dan ras,” pinta Hermus, Senin (28/2/2022).
Hal ini disampaikan Hermus berkaitan dengan unggahan salah satu akun di medsos yang diduga menghina Suku Arfak. Unggahan ini memicu meluasnya aksi protes warga di Manokwari.
Protes kemudian berbuntut pemblokiran jalan di sejumlah titik. Kasus ini juga telah ditangani kepolisian.
Hermus mengatakan, suku besar Arfak harus bisa menahan diri dan menyerahkan sepenuhnya kasus ini ke pihak yang berwajib. Menurut dia, ini adalah ujian bagi suku Arfak.
“Ini adalah sebuah cobaan yang tentu menguji kita apakah kita ini kuat atau tidak. Masyarakat arfak harus berpikir bijaksana untuk menyikapi situasi ini. Tidak boleh anarkis melakukan hal-hal yang merugikan kepentingan semua orang. Jangan memblokir jalan. Jangan balik menghina,” ujarnya.
Hermus mengungkapkan, apa yang terjadi hari ini adalah tantangan bagi suku Arfak untuk memperbaiki kualitas diri.
“Ini juga sebagai pemicu agar suku arfak berjuang membangun sumber daya manusia di kabupaten ini. Kita akui bahwa di masa lalu itulah kekurangan orang tua kita. Mereka tertinggal. Tetapi saat ini suku Arfak telah maju. Sudah mencerminkan sesuatu yang berbeda. Sudah setara dengan suku-suku lain,” papar Hermus.
Karena itu Hermus mengajak semua tidak membesar besarkan masalah ini. Kata dia, seluruh suku besar Arfak harus menjaga citra dirinya sebagai tuan rumah yang baik.
Suku Arfak harus terbuka. Mau menerima semua suku, agama dan ras di Kabupaten Manokwari.
“Ingat kita sendiri tidak akan maju seperti hari kalau bukan karena ada suku – suku lain yang diutus Tuhan untuk mendidik dan mempersiapkan kita sampai maju seperti suku-suku lainnya. Jadi hal sepele ini jangan ditanggapi berlebihan. Kita adalah makhluk sosial. Bahwa kita hidup saling bergantung antara suku yang satu dengan suku lain. Sekali lagi mari berpikir bijaksana untuk mengahadapi persoalan ini,” imbuhnya. (LP2/Red)