MANOKWARI, LinkPapua.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua Barat menyebut banjir yang terus terjadi di Kampung Mansaburi, Distrik Masni, merupakan ancaman permanen akibat kritisnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Wariori.
Kepala BPBD Papua Barat, Derek Ampnir, mengatakan kerusakan DAS Wariori sudah berlangsung lama dan berdampak pada sektor transportasi, pertanian, serta pemukiman sebanyak 47 kepala keluarga dengan total 170 jiwa.
“Kami selaku penanggung jawab sektor pembencanaan telah memberikan status bahwa DAS Wariori sudah sangat kritis sehingga ketika volume air di Kali Wariori, banjir di kampung Mansaburi ini terus terulang. Dulu permasalahan yang sama pada DAS Warmare dan itu telah tertangani. Saat ini kami tengah berupaya untuk menangani DAS Wariori,” ujarnya, Jumat (4/7/2025).
Derek menjelaskan, dalam dua bulan terakhir, cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi menyebabkan pemukiman yang berada di muara Kampung Mansaburi terdampak banjir. Ia mengaku telah mengidentifikasi dan menstrukturkan permasalahan agar penanganannya berjalan sistematis, logis, dan terpadu.
Dia juga telah menggelar rapat bersama para stakeholder untuk merumuskan persoalan hingga langkah penanganan. Namun, ia menyayangkan absennya Balai Sungai dalam pertemuan tersebut, padahal lembaga itu memiliki kewenangan atas DAS Wariori.
Derek menyebut dalam waktu dekat pihaknya bersama stakeholder terkait akan menggelar pertemuan lanjutan di Balai Kampung Wariori guna menyatukan langkah penyelesaian masalah.
“Bulai Juni lalu kami telah melakukan penanganan darurat DAS Wariori, namun sekarang kembali terdampak. Dari situ kami mengidentifikasi bahwa ada kontruksi yang masih bermasalah,” katanya.
Untuk penanganan jangka panjang, BPBD akan menyusun kajian kebutuhan pascabencana, baik di sektor sosial ekonomi maupun infrastruktur. Salah satu masalah utama yang ditemukan adalah tumpukan pasir yang menghalangi aliran air ke muara.
“Jika hanya menghilang gundukan pasir maka tidak menutup kemungkinan kedepan akan kembali mengumpul kembali dan jika tidak bisa ditangani maka dengan terpaksa masyarakat kampung Mansaburi harus direlokasi,” ucapnya.
Namun, dia menegaskan bahwa relokasi adalah opsi terakhir. Sebab, prosesnya cukup panjang dan membutuhkan biaya besar. Pihaknya lebih memilih memaksimalkan upaya teknis sebelum benar-benar mengambil langkah tersebut.
“Memang jika sudah tidak bisa dilakukan penanganan lagi dengan terpaksa kami akan merelokasi warga,” sebutnya. (LP14/red)




