MANOKWARI, Linkpapua.com – BSIP Papua Barat melaporkan, perluasan area tanam 1.087 hektar telah memberikan penambahan hasil panen sebanyak 2.000 ton beras. Jika areal tanam reguler ditambah, ditargetkan akan menghasilkan 13.000 ton.
Kepala BSIP Papua Barat Aser Rouw melaporkan bahwa dengan adanya program pemerintah terkait perluasan areal tanam untuk padi akan memberikan penambahan 2.000 ton dari hasil penen rata-rata 11.000 ton.
“Dengan adanya perluasan areal tanam kita akan ditambah dengan lahan reguler maka akan mendapatkan hasil panen 13.000 ton” ujar Aser Rouw, Rabu (11/9/2024).
Menurut Aser, salah satu kendala perluasan areal tanam adalah penyediaan benih. Karena untuk Papua Barat tidak mendapatkan penyediaan benih dari pusat.
Benih padi sendiri per kilonya dihargai sekitar Rp10.000 dengan ongkos kirim sekitar Rp1.200. Dengan adanya fakta ini maka petani padi di Papua Barat tidak mendapatkan benih dari pusat.
“Sehingga benih yang petani tanam adalah benih yang sudah ditanam berulang-ulang sehingga masa produktivitasnya menurun dan akan memengaruhi hasil panen yang menurun pula,” terang Aser Rouw.
Untuk meminimalisir masalah itu BSIP secara swadaya memproduksi benih dan juga untuk mengatasi masalah stunting di Papua Barat.
Ketua kelompok tani Flopaja mandiri Leo Blasius Yawiwa mengatakan bahwa dirinya sangat berterima kasih kepada BSIP Papua Barat karena memilih kelompok taninya untuk diberikan bantuan pertanian. Flopaja mandiri adalah salah satu kelompok tani di Sp 8 Distrik Masni yang mendapat perluasan areal tanam tadah hujan dengan dukungan pompa.
“Saya sangat berterima kasih dan bersyukur sekali karena BSIP langsung turun tangan. Dari BSIP kami mendapat bantuan 1 unit jhon deere dan 1 unit hand traktor roda 2 sehingga di kelompok tani saya bisa ada manfaat dan kita bisa penen di hari ini,” tutur Leo Blasius.
Selanjutnya Leo Blasius menuturkan kendalanya dalam pembukaan lahan padi yang menurutnya terutama adalah modal yang dinilai sangat besar.
“Modal untuk membuka lahan sawah pertama kali sangat besar sehingga ini yang petani sering keluhkan kepada pemerintah. Kalo bisa diberikan subsidi dana dulu untuk bisa membuka lahan awal”, Terang Leo Blasius.
Kendala selanjutnya mengenai peralatan pertanian yang membutuhkan jumlah yang tidak hanya 1 untuk mengolah lahan sawah yang produktif di sp 8 sekitar 20 hektar sementara lahan yang masih pasif seluas 43 hektar.
“Walaupun kemarin kita dapat bantuan hand traktor 1 dari kementerian tetapi itu belum cukup untuk lahan seluas 20 hektar,” kata Leo Blasius.
Lalu pihaknya juga menemui kendala soal ketersediaan air. Di mana pengairan di sp 8 ini tidak lancar. Maka dari itu BSIP membuat mesin pompa air.
“Kendala terakhir adalah modal yang besar, karena untuk memulai pertanian dari pengolahan tanah, penyiapan benih sampai masa panen membutuhkan modal yang besar. Tanaman tentunya membutuhkan obat, pupuk sehingga dapat tumbuh dengan baik dan tentunya hal itu membutuhkan modal,” terang Leo Blasius.
Leo Blasius mengharapkan kepada pemerintah daerah untuk memperhatikan masalah pangan sehingga ke depannya tidak ada lagi krisis pangan di Kabupaten Manokwari.(LP14/Red)