MANOKWARI, Linkpapua.com – Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Papua Barat Melkias Werinussa mengatakan, angka inflasi Papua Barat kembali melesat dalam beberapa bulan terakhir. Kangkung dan pinang menjadi komoditi penyumbang tertinggi.
“Jadi setelah kami rapatkan di BPS angka inflasi Papua Barat secara nasional kita yang paling tinggi. Kita menduduki 10 besar,” ujar Melkias Jumat (13/9/2024) usai mengikuti apel di kantor Gubernur Papua Barat.
Menurut Melkias, usaha pemerintah provinsi cukup optimal selama ini. Akan tetapi intervensi terhadap komoditas tidak merata.
Ia menyebut, komoditas lokal seperti kangkung dan pinang justru jadi penyumbang angka inflasi.
“Padahal kita sudah berusaha teka dari komoditi lain. Kami di tim TPD juga bingung karena penyumbang inflasi justru dari komoditi lain seperti kangkung, atau kadang pinang yang tidak kita dorong. Komoditi yang selama ini kita dorong seperti bawang merah, bawang putih, tomat beberapa bulan yang lalu sempat naik harganya tetapi saat ini justru sudah membeludak di pasar,” papar Melkias.
Lebih lanjut dia, karena stok yang melimpah, harga tomat kini turun drastis Rp5000 hingga Rp6000/kg. Di petani kata Melkias, harganya bahkan anjlok hingga Rp1.000 atau Rp.2000/kg.
“Ini sangat merugikan petani yang telah menanam tomat mereka juga harus berusaha menjual dengan harga yang tinggi,” jelasnya.
Dikatakan Melkias, tomat secara bersamaan juga panen di provinsi lain sehingga produksinya membeludak. Salah satu solusi yang ditawarkan saat ini adalah bagaimana agar para petani mengolah tomat untuk bisa diawetkan.
Melkias juga melaporkan terkait program dinas pertanian untuk mengatur waktu tanam dan kemerataan komoditi yang ditanam. Hal ini penting agar tidak ada komoditi tertentu yang membeludak produksinya.
“Memang tugas kami di provinsi mendorong komoditi yang menjadi penyumbang inflasi sehingga harga di pasaran stabil,” terang Melkias.
Ia mengingatkan, kondisi ini sangat labil. Inflasi di Papua Barat harus bisa dikendalikan hingga akhir tahun hingga tidak menyentuh angka di atas 3,5.
“Terlebih lagi ke depan akan ada momen pilkada serentak, Natal dan Tahun Baru. Sidak di pasar adalah salah satu solusi untuk meninjau langsung komoditi yang menyumbangkan inflasi. Dan kami juga akan panggil para pelaku usaha baik distributor maupun Pelindo agar dalam beberapa bulan ini ketersediaan di pasaran benar-benar dijaga. Kemarin kami telah sidak di pasar dan rata-rata dalam kondisi normal” kata Melkias.
Selain itu, kata Melkias, panen di kebun Susweni telah diintervensi di Pasar Wosi. Langkah ini cukup efektif menjaga kesetaraan harga komoditi terkait.
“Adanya arahan Pj Gubernur Two Day’s No Rice dia hari tanpa makan nasi dan mengganti dengan produk lokal hal itu juga efektif dalam mengendalikan inflasi,” imbuh Melkias.(LP14/Red)