BINTUNI,linkpapua.com- Wakil Kepala Suku Besar Moskona, Simson Orocomna memuji pembangunan jalan penghubung Distrik Masyeta dan Moskona Utara-Timur di Teluk Bintuni. Kehadiran akses tersebut telah memperpendek jarak dan mengubah rentang kendali ekonomi antardistrik.
“Masyarakat di kawasan itu sebelumnya menggunakan transportasi udara untuk menuju ke Ibukota Kabupaten Teluk Bintuni, tetapi sejak pemerintah daerah membangun jalan, masyarakat kini bisa menikmati jalan darat. Kondisi ini juga mengangkat harkat ekonomi rakyat,” jelas Simson.
Akses antardistrik itu sendiri menghubungkan beberapa kampung seperti Menarefa, Sumuy Lama, Sumuy Baru dan Kampung Marisetim Lama hingga tembus Distrik Moskona Utara dan Moskona Timur.
Menurut Simson, jalan itu sudah dibangun tembus dari Moskona Utara dan Moskona Timur. Masyarakat sudah bisa mengakses dengan mobil.
Simson menegaskan pembangunan jalan kabupaten itu merupakan usulan dari masyarakat saat musrembang tingkat distrik. Sebagai pemangku adat, dia menyampaikan terima kasih kepada Bupati Teluk Bintuni.
“Terima kasih kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas PU serta kontraktor yang bekerja menembus hutan sehingga masyarakat kami dengan mudah dan biaya yang relatif terjangkau bisa ke kota untuk menjual hasil hutan,” kata Simson.
Meski demikian dia meminta agar pemerintah membangun jembatan penghubung, karena jalan sudah terhubung tetapi di beberapa kali ada hambatan karena terputus.
“Sekarang jadi hambatan kota adalah jembatan Kali Meyos, dan peningkatan jalan yang sudah dibuka. Kalau jembatan itu diperlukan karena mobil kerap melewati kali air kali melimpah,” jelasnya.
Di sisi lain, Simson Orocomna mengingatkan Pemerintah Provinsi Papua Barat agar melanjutkan pembangunan jalan provinsi yang sempat tertunda sejak 2022 silam akibat insiden penembakan para pekerja jalan.
“Jalan yang menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi itu dari Sumuy hingga Moskona Utara karena jalan di Moskona Barat itu ada pembunuhan disitu sehingga pembangunan terputus belum dilanjutkan sampai sekarang,” kata Orocomna.
Pada Akhir 2022 terjadi peristiwa penembakan dan pembunuhan terhadap pekerja jalan di Kampung Majnig antara Distrik Moskona Barat dan Moskona Utara. Peristiwa itu menelan sekitar 4 orang korban meninggal dunia yang merupakan pekerja.
“Penembakan itu membuat sehingga pembangunan jalan itu sampai sekarang tidak berjalan,” jelasnya.
Dia mempertanyakan mengapa pembangunan jalan itu terhenti sampai sekarang.
“Kami minta pemerhati hukum atau pembela hak asasi manusia di Papua Barat agar menaruh perhatian dengan pembangunan jalan di Provinsi yang sudah terhenti sejak lama, bukan menaruh perhatian ke jalan yang sudah di bangun,” tegasnya.
Orocomna mengusulkan kepada Pemerintah Papua Barat agar jika melanjutkan pekerjaan jalan tersebut harus membangun komunikasi dengan masyarakat setempat secara baik.
“Untuk melanjutkan pekerjaan jalan yang sudah terhenti sejak lama pemerintah harus melakukan pendekatan dengan warga supaya tidak lagi terjadi peristiwa seperti kemarin,” ucapnya.(LP5/red)