MANOKWARI, Linkpapua.com – Penjabat Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw mengingatkan akan naiknya frekuensi bencana akibat perubahan iklim ke depan. Menurutnya, kawasan timur Indonesia (KTI) masuk dalam wilayah rawan.
“Perubahan iklim menyebabkan frekuensi bencana alam yang drastis. Dampak kemungkinan cukup besar ke depan adalah di Indonesia bagian timur,” ujarnya pada apel di halaman Kantor Gubernur Papua Barat, Senin (6/3/2023).
Menurut Waterpauw, Indonesia menempati negara nomor tiga dengan frekuensi bencana tinggi di dunia. Khusus untuk Papua Barat, ia mengatakan, bencana terbilang minim dibanding Papua.
“Kita masih bersyukur di Papua Barat karena bidang gempa bumi tidak seperti Jayapura,” paparnya.
Dia mengungkapkan, pada tahun 2021 ada 1945 bencana yang terjadi. Sementara pada tahun 2022 naik hampir dua kali lipat. Yakni 3.544 bencana.
Bencana didominasi gempa bumi. Setelah itu gunung meletus, tanah longsor dan lainnya.
“Beliau (presiden) mengingatkan agar kita waspada dan siaga,” terang Waterpauw.
Selain itu juga diingatkan menyiapkan langka-langkah dan tahapan serta langka-langkah pra bencana dan tanggap darurat. Semua kata dia harus dikelola dengan baik.
Waterpauw menilai, saat ini langkah-langkah masih pada tahap tanggap darurat. Padahal pra bencana itu yang penting.
“Sehingga harus bikin konsep dengan bupati untuk buat pelatihan dalam rangka menyiapkan menghadapi bencana,” imbuhnya. (LP9/Red)