MANOKWARI, LinkPapua.com – Muhammad Ralas (50), korban penembakan oleh orang tak dikenal (OTK) di Kampung Mandopi, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) TNI AL, Jumat (25/11/2022). Imam Masjid Al-Hijrah Kompleks Borobudur ini mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 01.00 WIT.
“Sudah meninggal tadi malam pukul 01.00 WIT,” kata Nurmala (43), istri korban yang ditemui di rumahnya, Jumat siang.
Ralas dimakamkan di TPU Pasir Putih Manokwari usai salat Jumat. Ralas meninggal setelah tim dokter gagal mengeluarkan peluru yang bersarang di perutnya.
Menurut Nurmala, sebelum penembakan, suaminya bertemu tiga orang asing di lokasi tersebut.
“Ada tiga orang dengan ciri-ciri yang Bapak ceritakan itu. Bahwa satu orang tinggi badannya, satu agak sedang, sementara satu lagi merupakan perempuan,” tuturnya.
Dia menyebut suaminya ditembak dari sisi kanan. Peluru bersarang di perut mendekati usus.
“Bapak sempat berdiri saat ditembak, ketika berdiri tiga pelaku itu kemudian kabur,” ucapnya.
Dalam kondisi tertembak, Ralas masih mengendarai sepeda motornya meninggalkan TKP ke rumahnya yang berjarak sekitar tujuh kilometer.
“Bapak pulang ke rumah dengan kendaraan motornya, ia masuk ke rumah dalam keadaan membungkuk. Lalu saya tanya mengapa sambil melihat wajahnya pucat. Lalu ia (korban) menunjuk ke arah perutnya sembari menyebut dia ditembak. Saat saya buka baju terlihat luka tembakan,” ujar Nurmala.
Nurmala membantah suaminya ditembak saat mencari kayu bakar. Menurut dia, korban merupakan pekerja operator sensor kayu di kawasan hutan Mandopi. Ia bekerja di lokasi itu sudah 10 tahun. Ia juga menjadi imam masjid di Kompleks Borobudur.
“Selama 10 tahun Bapak dia bekerja sebagai operator dan menurut Bapak para pelaku yang menembaknya itu merupakan warga baru yang asing baginya. Sebelumnya sempat saya ingatkan Bapak terkait kejadian penembakan di Maybrat dan Bintuni supaya bapak lebih hati-hati,” bebernya.
Polisi Belum Temukan Pelaku
Setelah mengantarkan korban ke RS TNI AL, Nurmala kemudian berinisiatif menuju Kantor Polres Manokwari sekitar pukul 8.00 WIT pada Rabu (23/11/2022). Ia hendak melaporkan kasus tersebut.
Sesampai di SPKT Polres, Nurmala tidak menemukan satu pun anggota polisi di ruangan itu. Saat hendak bergegas keluar ruangan ia mendengar ada suara kursi dari belakang meja.
“Saat saya mau balik dari dalam ruangan itu, saya dengar suara kursi ternyata ada anggota polisi yang baru bangun. Kemudian sambil saya bercanda bahwa gara-gara Piala Dunia orang banyak begadang. Anggota polisi itu lalu mengucek kedua matanya lalu saya sampaikan bahwa saya mau melaporkan kejadian penembakan,” terang Nurmala.
Mendengar laporan tersebut, anggota polisi itu bukannya melayani Nurmala. Ia justru meminta ibu empat anak itu kembali lagi pukul 09.00 WIT.
“Dia meminta supaya saya balik lagi jam 09.00 nanti. Namun, saya bergegas keluar dan berpikir dari pada saya balik lagi alangkah baiknya saya pergi jaga suami saya di rumah sakit,” ucap Nurmala.
Ia kemudian menuju rumah sakit. Dalam perjalanan terlintas Nurmala dalam pikirannya untuk mencoba membuat laporan di Polsek Sanggeng, Kota Manokwari.
“Saat di Polsek baru laporan saya diterima oleh anggota polisi yang piket,” akunya.
Nurmala kemudian kembali ke RS untuk mengurus perawatan suaminya. Sejak pukul 07.00 WIT suaminya belum mendapat penanganan dari tim medis di rumah sakit tersebut. Padahal, luka korban cukup parah.
“Kami tunggu sekitar tiga jam dengan berbagai macam surat administrasi yang mereka minta, terakhir pihak rumah sakit menyanggupi akan melakukan operasi jika keluarga membayar uang muka atau DP,” ungkapnya.
Setelah memberikan uang muka yang diminta oleh pihak rumah sakit sebesar Rp5 jura Nurmala dan keluarganya pun masih menunggu beberapa waktu untuk menuju ruang operasi
“Kami kecewa, namun mau buat bagaimana, itu hak mereka pihak rumah sakit,” katanya.
Saat masuk ke ruangan operasi, pihak dokter RS TNI AL tidak sanggup mengeluarkan peluru yang bersarang di dalam perut korban.
“Pihak dokter hanya bisa melakukan perawatan terhadap usus suami saya, mereka akan merujuk ke Makassar Sulawesi Selatan,” sebut Nurmala.
Sementara, peluru tersebut masih bersarang di dalam Ralas. Ia lalu diinapkan di salah satu ruangan inap usai operasi pertama yang gagal mengeluarkan peluru.
“Dokter memang menyarankan supaya Bapak pakai oksigen, tetapi bapak tidak mau karena dipasang alat di mulut dan hidungnya. Kami kemudian diminta tanda tangan oleh dokter terkait dengan pemasangan oksigen,” tuturnya.
Pada Kamis (24/11/2022) suhu tubuh Ralas mulai tidak menentu. Panas dan dingin. Wajahnya tampak pucat. Hingga ia mengembuskan napas terakhir pada pukul 01.00 WIT Jumat dini hari.
“Kami berharap polisi dapat mengungkap pelaku penembakan agar jangan lagi ada korban berikutnya,” harap Nurmala.
Setelah meninggal dunia, keluarga korban memohon kepada pihak RS agar melakukan tindakan medis dalam rangka mengeluarkan peluru di dalam tubuh jenazah.
“Operasi untuk mengeluarkan peluru dilakukan setelah Bapak sudah meninggal. Peluru itu kecil tidak seperti peluru biasanya, itu peluru macam rakitan,” tuturnya.
Kapolres Manokwari, AKBP Parisian Herman Gultom, saat dikonfirmasi wartawan mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan pendalaman.
“Soal Penembakan, belum masih terus diungkap. Anggota masih di lapangan semua,” kata Kapolres, Jumat (25/11/2022).
Kapolres membenarkan bahwa korban sudah meninggal dunia. “Korban meninggal (25/11/2022) jam satu,” kata Kapolres. (LP2/Red)