MANOKWARI, Linkpapua.com – Ketua Komite I DPD RI Fachrul Razi meminta Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa untuk mengedepankan pendekatan humanisme dan soft power dalam menyelesaikan konflik di Aceh dan Papua. TNI berperan penting dalam menjaga stabilitas wilayah-wilayah perbatasan.
“DPD RI juga meminta Panglima TNI lebih memberikan prioritas keamanan dan kesejahteraan di wilayah ujung Sumatera khususnya di Aceh,” tegas Fachrul Razi dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Rabu (9/2/2022).
Fachrul Razi menyampaikan hal tersebut saat memimpin rapat kerja terkait keamanan negara dan wilayah perbatasan dalam Rapat Kerja bersama Panglima TNI Andika Perkasa di DPD RI, Selasa (8/2/2022). Rapat kerja ini atas pelaksanaan Undang Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.
Senator asal Aceh ini memandang bahwa wilayah perbatasan mempunyai nilai strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional. Untuk itu, pengelolaan dan pengawasan yang memadai di kawasan perbatasan sangat dibutuhkan.
Sebagai komponen utama pertahanan, TNI di samping memiliki fungsi untuk melakukan operasi militer dan nonmiliter, juga memiliki fungsi sosial di masyarakat.
Fachrul Razi menambahkan, kondisi masyarakat di wilayah perbatasan masih terisolir dan kondisi sosial ekonomi masih tertinggal.
Potensi sumberdaya cukup besar, namun kondisi infrastruktur sangat minim dan pos-pos di wilayah perbatasan belum memadai sehingga pengawasan wilayah perbatasan masih lemah.
”Minimnya infrastruktur di wilayah perbatasan mengakibatkan terjadinya kasus-kasus pelanggaran lintas batas yang dilakukan oleh warga masyarakat Indonesia ke negara tetangga dan sebaliknya,” ujarnya.
Anggota DPD RI Alirman Sori mempertanyakan soal bagaimana peran serta masyarakat di daerah perbatasan dalam penjagaan wilayah perbatasan.
“Jika penjagaan wilayah perbatasan hanya mengandalkan prajurit TNI tidaklah cukup jika dibanding dengan luas wilayah perbatasan di Indonesia,” ujar senator asal Sumatera Barat itu.
Dalam kesempatan yang sama, Intsiawati Ayus mempertanyakan terkait koordinator pertahanan dan keamanan di wilayah perbatasan Selat Malaka dengan Provinsi Riau.
“Bicara tentang laut, pertahanan, dan keamanan siapakah yang akan menjadi koordinator untuk pertahanan dan keamanan laut, kepada siapa masyarakat harus mengadukan tentang permasalahan laut tersebut?,” ucap anggota DPD RI dari Provinsi Riau itu.
Kalbar juga Butuh Perhatian
Dalam kesempatan yang sama, pendapat berbeda disampaikan oleh Anggota DPD RI Provinsi Kalimantan Barat Maria Goreti. Ia berpendapat bahwa Kalimantan Barat perlu mendapat perhatian lebih terkait mulai adanya ancaman pancasila di titik perbatasan Sambas.
“Perlu adanya penertiban di wilayah perbatasan Sambas karena banyak sekali orang yang menyamar lalu lalang dan luput dari pantauan TNI,” katanya.
Adapun Panglima TNI Andika Prakasa menjelaskan, permasalahan perbatasan secara geografis masih overlap claim sehingga perbedaan versi ini melahirkan pelanggaran hukum menurut versi kita namun menurut negara tetangga bukanlah suatu pelanggaran.
Panglima menjelaskan Kembali bahwa penyelesaian perbedaan claim batas negara memang tidak mudah, pemerintah perlu mendorong percepatan penyelesaian segmen batas wilayah negara yang belum selesai itu. Pemerintah juga perlu meningkatkan patroli dan meningkatkan dukungan alokasi anggaran TNI di wilayah perbatasan.
Fachrul Razi mengatakan, Komite I DPD sepakat dengan Panglima TNI untuk menjalin kerja sama dan kemitraan strategis dalam rangka pengelolaan wilayah perbatasan negara dan penyelesaian konflik-konflik di daerah. (LP2/Red)