27.6 C
Manokwari
Sabtu, November 23, 2024
27.6 C
Manokwari
More

    Ketua Fraksi Otsus DPR PB: Pemprov Jangan Wariskan Persoalan SMA/SMK ke Kabupaten/Kota

    Published on

    MANOKWARI, Linkpapua.com – Ketua Fraksi Otsus DPR Papua Barat (PB), George Karel Dedaida, menilai pemerintah mesti memberikan perhatian pada pendidikan informal untuk menanggulangi angka putus sekolah di Papua Barat. Menurutnya, pendidikan bukan semata-mata mesti di bangku sekolah.

    “Misalnya, literasi dan komputerisasi di luar sekolah harus digiatkan supaya anak-anak kita ini tidak saja mendapat edukasi dalam atap sekolah saja. Tetapi, di lingkungan keluarga/masyarakat juga ada iklim belajar yang soft harus berkaitan dengan pendekatan kultur dan budaya setempat. Kita harap untuk didorong melalui lembaga-lembaga informal,” ucap Dedaida, Rabu (19/10/2022).

    Pernyataan Dedaida ini menyikapi data bahwa banyak anak orang asli Papua (OAP) putus sekolah atau tidak mendapatkan pendidikan layak. Diketahui, ada kurang lebih 500 ribu anak OAP di Papua Barat yang putus sekolah atau tidak mendapatkan pendidikan layak, baik di tingkatan SD, SMP, maupun SMA dan sederajat. Angka ini seperti dipaparkan akademisi Universitas Papua (Unipa), Agus Sumule.

    Baca juga:  Febry Jein Reses di Raja Ampat: Dapat Keluhan KDRT hingga Modal Usaha

    Dedaida mengatakan, dengan kemajuan ilmu dan teknologi saat ini, maka komputerisasi harus didorong. “Jangan lebih banyak anggaran ke pendidikan formal, tetapi jam belajar hanya enam jam, sisanya mereka belajar di luar pendidikan informal itu yang dibutuhkan,” ucapnya.

    Baca juga:  Alokasi Anggaran, DPR Minta Dinkes-RSUD Papua Barat Dapat Perhatian Khusus

    Dia juga mengungkapkan bahwa salah satu penyebab tingginya anak putus sekolah karena beban kerja kewenangan pengelolaan sekolah. Pemerintah kabupaten/kota sudah mengelola tingkatan pendidikan PAUD, SD, dan SMP sederajat.

    Ditambah kemudian dengan adanya PP Nomor 106 tentang Kewenangan dan UU Nomor 2 Tahun 2021 tentang Otsus, yang pengelolaan SMA sederajat diberikan kembali ke kabupaten/kota.

    Dedaida meminta kepada para kepala daerah, provinsi maupun kabupaten/kota, untuk mendiskusikan persoalan ini secara matang dalam rapat kerja bupati/wali kota di Kabupaten Sorong, pekan ini.

    “Pemerintah Provinsi Papua Barat harus selesaikan persoalan SMA/SMK dengan membutuhkan waktu beberapa tahun ke depan agar semuanya clear. Jangan Pemprov mewariskan persoalan SMA/SMK ini ke kabupaten/kota. Jangan sampai ketika Pj Gubernur menyerahkan P3D kepada kabupaten/kota saat ini justru memperburuk pendidikan di tanah Papua. Yang akan jadi korban anak-anak asli Papua yang juga anak-anak adat,” terangnya.

    Baca juga:  PMK 206/2022 Terbit, Sejumlah Pos Anggaran Pemprov Papua Barat Digeser

    Menurutnya, penyerahan kewenangan pelaksanaan pendidikan SMA ke kabupaten/kota akan berpengaruh pada pengelolaan pendidikan TK, SD, dan SMP. “Justru administrasi SMA/SMK beberapa tahun ke depan saya pu anak-anak asli Papua akan jadi korban dalam soal perubahan aturan dan undang-undang,” ujarnya. (LP2/Red)

    Latest articles

    Diujung Masa Kampanye Pilkada, HERO Terima Sejumlah Aspirasi Warga Amban ...

    0
    MANOKWARI, Linkpapua.com- Beberapa jam jelang masa tenang kampanye pilkada serentak tahun 2024, Hermus Indou-Mugiyono menggelar kampanye di kelurahan Amban pada Sabtu (23/11/2024). Dalam kesempatan...

    More like this

    Distribusi Logistik ke 6 Distrik di Fakfak Hari ini Dikawal 50 Personel Polri  

    MANOKWARI, Linkpapua.com- Kapolda Papua Barat Irjen Pol Johnny Eddizon Isir menghadiri pelepasan distribusi logistik...

    H-4 Jelang Pilkada, KPU Manokwari mulai Distribusi Logistik 

    MANOKWARI, Linkpapua.com- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Manokwari mulai mendistribusikan logistik kebutuhan pilkada 27 November...

    PERSINAS ASAD Papua Barat Resmi Dilantik, Siap Hasilkan Pesilat Potensial

    MANOKWARI, Linkpapua.com- Pengurus Perguruan Pencak Silat Nasional (PERSINAS) ASAD Provinsi Papua Barat masa bakti...