27.6 C
Manokwari
Jumat, Mei 23, 2025
27.6 C
Manokwari
More

    Prioritas 3 Program, Pertamina Proyeksikan Ekonomi Hijau Berkelanjutan

    Published on

    JAKARTA, Linkpapua.com – Impor energi Indonesia masih tinggi, padahal terdapat banyak potensi sumber daya dalam negeri yang tak tereksplorasi. Untuk itu PT Pertamina (Persero) terus memprioritaskan berbagai program transisi energi menuju energi terbarukan.

    Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan untuk mengatasi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit) akibat masih tingginya impor energi. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya domestik besar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi.

    “Untuk menjembatani kondisi tersebut, Pertamina telah memiliki 3 (tiga) program prioritas sebagai bagian dari implementasi transisi energi sekaligus ekonomi hijau,” terang Nicke.

    Baca juga:  Yanni Digadang Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, PFM: Sangat Layak

    Yang pertama, jelas Nicke, program penurunan impor BBM jenis Solar, melalui implementasi Biodiesel B20 sejak sejak tahun 2016 dan dilanjutkan dengan B30 pada 2019.

    “Dengan program ini, Pertamina telah berhasil mengurangi impor solar secara signifikan. Bahkan mulai April 2019, Pertamina sudah tidak lagi mengimpor BBM jenis solar,” jelasnya.

    Program kedua, kata Nicke, untuk pengurangan ketergantungan pada impor LPG, Pertamina menjalankan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang akan menggantikan penggunaan LPG di dalam negeri.

    “Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan batu bara terbesar berpeluang baik untuk melakukan gasifikasi batu bara menjadi DME. Kami yakin dengan pengembangan DME ini dapat mencapai target pemerintah untuk bebas impor LPG pada tahun 2027,” paparnya.

    Baca juga:  Survei Terbaru PWS: Elektabilitas Prabowo Ungguli Ganjar dan Anies

    Nicke melanjutkan, program ketiga yaitu penurunan impor BBM jenis Gasoline, Pertamina akan mencampur Methanol dan Ethanol dengan Gasoline. Methanol dapat diproduksi dari natural gas ataupun gasifikasi batu bara, dan Ethanol pun dapat diproduksi dari gasifikasi batu bara ataupun sumber bio-etanol lainnya.

    Untuk menjamin keberlangsungan dari lini bisnis yang ada dan mengatasi isu lingkungan dari gasifikasi batu bara ini, tambah Nicke, secara bersamaan Pertamina juga menerapkan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk menekan emisi karbon dan sebagai bagian dari upaya Enhance Oil and Gas Recovery di sumur-sumur Pertamina untuk meningkatkan produksi migas negara.

    Baca juga:  Kunjungi Abu Dhabi, Mendag Zulhas: Dorong Produk UKM Indonesia Tembus Pasar Timur Tengah

    Untuk hal ini, Pertamina juga menjajaki potensi kerja sama dengan Exxonmobil dan sedang melakukan kerja sama study CO2 injection di lapangan eksplorasi Gundih dan di lapangan eksplorasi Sukowati berkolaborasi dengan beberapa partner lainnya.

    “Melalui pemanfaatan carbon capture yang terintegrasi dengan proyek DME, Pertamina yakin dapat menekan emisi karbon hingga 45%,” pungkasnya. (LP2/red)

    Latest articles

    Ini Daftar 12 Nama Calon Anggota DPRK Raja Ampat Jalur Otsus...

    0
    RAJA AMPAT, LinkPapua.com – Panitia Seleksi (Pansel) DPRK Raja Ampat Jalur Otonomi Khusus (Otsus) telah mengumumkan 12 nama yang dinyatakan lolos tahapan seleksi administrasi....

    More like this

    Biaya Perjalanan Dinas ASN 2026: Papua Tertinggi, Rp580 Ribu per Hari

    JAKARTA, LinkPapua.com - Provinsi Papua tercatat sebagai wilayah dengan alokasi biaya perjalanan dinas tertinggi...

    Polri Hentikan Kasus Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Pastikan Tak Ada Pemalsuan

    JAKARTA, LinkPapua.com - Bareskrim Polri menghentikan penyelidikan kasus dugaan ijazah palsu Joko Widodo (Jokowi)....

    Efisiensi Berlanjut di APBN 2026, Sri Mulyani: Jawaban Saya Tegas, Iya

    JAKARTA, LinkPapua.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan efisiensi anggaran akan tetap menjadi...